Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut Rayu Pengusaha Australia untuk Wujudkan Cita-cita RI Jadi Raja Produsen Baterai Kendaraan Listrik

Kompas.com - 13/02/2023, 17:40 WIB
Ade Miranti Karunia,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ingin menjadi raja baterai kendaraan listrik, pemerintah berupaya membujuk para pengusaha lithium di Australia untuk bekerja sama, serta berinvestasi di Indonesia. Lantaran Australia merupakan penghasil lithium terbesar.

Upaya tersebut dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut B. Pandjaitan bersama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang hadir dalam pertemuan dengan pengusaha tersebut.

"Di hadapan para pengusaha lithium, saya sampaikan bahwa Australia adalah kandidat terbaik dan partner potensial kami untuk mengembangkan industri baterai EV karena setengah dari lithium dunia ada di Negeri Kangguru," katanya dikutip dari akun Instagram Luhut, Senin (13/2/2023).

Baca juga: Luhut Bertemu Menteri ESDM Tanzania, Jajaki Kerja Sama di Sektor Energi

"Untuk itu kami perlu mendapatkan kepercayaan agar bisa bekerja sama dengan salah satu raksasa lithium dunia, dengan mempertimbangkan beberapa kemudahan kebijakan yang akan kami berikan namun tetap dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan," lanjut dia.

Mantan Menko Polhukam ini bilang, memang impian untuk menjadi produksi baterai listrik terbesar di dunia tidak mudah. Maka dari itu, pemerintah juga berupaya untuk membuat kebijakan yang memudahkan para investor berinvestasi di Tanah Air.

"Kami sadar bahwa cita-cita menjadi 'raja' baterai kendaraan listrik dunia bukan hal yang mudah. Maka dari itu rasanya perlu memiliki mitra kerja sama yang saling percaya dan mendukung, memberi masukan dalam mewujudkan regulasi yang lebih baik, investasi yang lebih terbuka sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja kedua negara demi mencapai tujuan pembanguan yang berkelanjutan," ujar Luhut.

Baca juga: Luhut Ancam Sikat Perusahaan Penimbun MinyaKita

Kepada pengusaha lithium dari Negeri Kangguru tersebut, Luhut mengatakan bahwa faktor kunci dari resiliensi perekonomian Indonesia adalah pengembangan industri hilirisasi mineral yang bernilai tambah tinggi menjadi fokus pemerintah untuk mempercepat komitmen global dalam transisi energi.

"Namun, meskipun Indonesia kaya akan nikel, hal ini belum mampu menjadikan kita sebagai raja baterai kendaraan listrik dunia karena kita tidak punya lithium yang notabene menjadi bahan utama pengembangan industri baterai EV (kendaraan listrik)," kata dia.

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia sebelumnya mengatakan, produksi baterai mobil listrik di Indonesia akan dimulai pada awal 2024. Hal itu ia sampaikan usai rapat Rapat Terbatas (Ratas) mengenai Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik, di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (13/1/2023).

"Direncanakan tahun 2024 produksi (baterai mobil listrik) kita sudah mulai berjalan di awal, di semester pertama 2024 yang dibangun oleh LG di Karawang. Yang kedua, ekosistem dari hulu ke hilir antara CATL dan LG juga tahun ini sudah mulai konstruksi," kata Bahil.

Bahlil menyampaikan, pengembangan ekosistem kendaraan listrik, termasuk baterai, diperlukan untuk menjaga agar pasar besar yang dimiliki oleh Indonesia tidak dipenetrasi oleh produk-produk dari luar negeri.

Baca juga: Luhut: Sampah di Jakarta Hampir 8.000 Ton Per Hari, tapi Daya Tampung Bantargebang Cuma 2.000 Ton

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com