Net export tersebut berdampak pada neraca transaksi berjalan (current account) yang pada akhirnya berimbas pula pada penguatan nilai tukar rupiah.
Nilai tukar yang kuat dan terkendali juga pada akhirnya bermuara pada terkendalinya inflasi nasional.
Bersama dengan upaya reformasi struktural, pembangunan infrastruktur, serta pengembangan human capital, dapat dipastikan hilirisasi industri dan ekspor dapat menjadi rumusan daya ungkit transformasi ekonomi Indonesia, atau dikenal sebagai endogenous growth model.
Masih terkait pendanaan, Bank Indonesia berupaya agar perbankan terlibat lebih dalam upaya hilirisasi melalui pelonggaran makroprudensial.
Caranya, Bank Indonesia memberikan insentif paling besar sebanyak 1,5 persen bagi bank yang menyalurkan pendanaan kepada sektor prioritas industri logam dasar.
Industri ini dinilai prioritas karena selain berkaitan dengan hilirisasi, tetapi juga memiliki memiliki daya tahan (resilience), menyerap tenaga kerja, serta memiliki multiplier effect terhadap perekonomian.
Sebagai informasi, industri logam dasar merupakan satu dari 46 sektor prioritas bidikan Bank Indonesia di mana perbankan yang mendanai sektor tersebut akan diberikan kelonggaran berupa insentif.
Tidak ketinggalan, sektor fiskal turut berupaya mendorong hilirisasi. Kebijakan seperti pembebasan bea masuk, pembebasan pajak impor mesin dan barang strategis, serta tax holiday dan tax allowance dipercaya meningkatkan appetite sektor industri kaitannya upaya hilirisasi.
Kedua, kesiapan infrastruktur industri pendukung. Kita harus menyadari, saat ini kita terus berjuang untuk mengatasi deindustrialisasi.
Melihat rilis data BPS, kontribusi sektor industri (baik manufaktur maupun nonmigas) menunjukkan tren penurunan sejak tahun 2013 sampai 2022.
Penurunan tersebut patut kita waspadai mengingat kontribusi sektor industri sangat besar terhadap PDB Nasional, yakni sebanyak 17,84 persen (data 2022).
Masalah deindustrialisasi ini ternyata juga dialami negara maju. Negara maju dari sisi manufaktur pada akhirnya akan berkembang ke basis jasa yang lebih memiliki dampak keuangan.
Bagaimana dengan Indonesia, apakah deindustrialisasi merupakan dampak peralihan manufaktur ke jasa, atau tidak mampunya industri dalam negeri atas gempuran produk impor, ini perlu dianalisis lebih dalam.
Fenomena deindustrialisasi merupakan hal yang sangat penting untuk diselesaikan sebelum gencar dilakukan hilirisasi. Salah satu indikator kesuksesaan hilirisasi adalah penguatan industri hulu dan industri antara.
Merupakan suatu keharusan bagi Pemerintah untuk memastikan baik dari industri dari sisi hulu, antara, maupun hilir dapat terintegrasi secara efektif dan optimal sehingga tidak lagi bergantung pada importasi yang dapat mengganggu kemandirian bangsa.