Selain kedua hal yang telah disebutkan, apabila dipetakan terdapat peluang dan tantangan hilirisasi.
Peluang di antaranya meningkatnya kapasitas smelter serta hilirisasi yang mendorong penciptaan produk ramah lingkungan (misalnya nikel untuk materi baterai kendaraan listrik).
Namun terdapat pula tantangan yang mengiringi, di antaranya ketahanan cadangan mineral yang semakin menurun (mineral nikel yang mengalami porsi penurunan cadangan drastis sebanyak 76,8 persen di 2030) serta adanya gugatan dari negara Uni Eropa atas pelarangan ekspor mineral mentah.
Sebagai penutup, masukan dari Penulis terkait hilirisasi adalah perlunya penguatan infrastruktur hilirisasi dan turunannya yang berbasis kewilayahan atau regionalisasi.
Regional di sini adalah pembedaan hilirisasi berdasarkan keunggulan di masing-masing wilayah.
Wilayah timur yang kaya mineral seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua semestinya infrastruktur hilirisasi baja, tembaga, dan nikel berada di lokasi tersebut.
Infrastruktur hilirisasi batubara, CPO, bauksit, petrokimia, dan plastik berada di wilayah tengah seperti Kalimantan dan Jawa.
Terakhir, infrastruktur hilirisasi CPO, karet alam, pulp and paper seharusnya berada di wilayah barat seperti Sumatera.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.