Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 16/02/2023, 05:00 WIB
Penulis Mela Arnani
|

KOMPAS.com - Stasiun Solo Balapan termasuk salah satu stasiun besar tertua di Indonesia. Berdirinya stasiun yang lebih dikenal dengan nama Stasiun Balapan ini memiliki nilai sejarah yang menarik untuk diketahui.

Stasiun Solo Balapan terletak di perbatasan antara Kelurahan Kestalan dan Gilingan, Banjarsari, Surakarta, yang masuk dalam Daerah Operasional (Daop) 6 Yogyakarta.

Stasiun dengan lalu lintas kereta tersibuk di Kota Solo ini memiliki jalur lintas tengah dan selatan Pulau Jawa, yang melayani kereta api antarkota baik kelas eksekutif, bisnis, maupun ekonomi.

Selain kereta api antarkota, stasiun ini juga memiliki jalur lintas kereta api rel listrik (KRL) dengan rute tujuan akhir Kota Yogyakarta.

Lantas, bagaimana asal usul pendirian dan penamaan Stasiun Solo Balapan?

Baca juga: Asal-usul Stasiun Manggarai

Asal usul nama Stasiun Solo Balapan

Sebagian masyarakat mungkin bertanya-tanya mengenai latar belakang penamaan Stasiun Solo Balapan. Ternyata, penamaan stasiun pertama di Kota Solo ini mempertahankan sejarah lokasinya.

Dilansir dari laman resmi PT Kereta Api Indonesia (KAI), Stasiun Balapan dibangun oleh perusahaan kereta api swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), bersamaan dengan pembangunan jalur kereta api Kedungjati-Solo sepanjang 74 kilometer dengan lebar jalur 1.435 mm.

Stasiun terbesar di Solo, Jawa Tengah ini diresmikan pada 10 Februari 1870. Peresmiannya juga membuka jalur kereta api Semarang-Solo.

Baca juga: Harga Tiket Kereta Wisata Museum Ambarawa, Cara Beli, dan Sejarahnya

Adapun penggunaan nama Solo Balapan diduga karena tidak jauh dari lokasi stasiun, terdapat race terrein atau pacuan kuda untuk balapan.

Dituliskan dalam laman resmi Pemerintah Kota Surakarta, lahan yang dipakai menjadi Stasiun Solo Balapan dahulunya merupakan Alun-Alun Utara milik Keraton Mangkunegaran, yang didalamnya terdapat pacuan kuda balapan pada masa Mangkunegoro IV.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+