Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggaran Perlinsos Turun 4,7 Persen, Ekonom: Berpotensi Ganggu Pertumbuhan Ekonomi

Kompas.com - 23/02/2023, 21:08 WIB
Nur Jamal Shaid

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.comAnggaran perlindungan sosial (perlinsos) yang menurun 4,7 persen dari Rp 502,6 triliun pada 2022 menjadi Rp 479,1 triliun pada 2023 disebut berpotensi akan mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan anggaran perlindungan sosial menurun bisa berisiko terhadap daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah atau miskin.

"Contohnya, pencabutan Bantuan Subsidi Upah (BSU), padahal masih dibutuhkan karena masih terdapat gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal itu bisa menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi," ujar dia kepada Kontan.co.id, Kamis (23/2).

Baca juga: Bos BCA: Perry Warjiyo Pantas Teruskan Jabatan sebagai Gubernur BI

Sementara itu, Bhima mengaku setuju dengan pemerintah terkait penurunan anggaran yang berkaitan dengan belanja pegawai atau barang.

Menurut dia, yang terpenting ketika pemerintah mencoba menyimpan atau saving dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun ini, sebaiknya direlokasi atau difokuskan ke belanja yang sifatnya produktif.

"Mungkin bisa menambah subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) atau stimulus untuk industri padat karya," ujarnya.

Baca juga: Beras Bulog Belum Dijual di Indomaret, Manajemen: Distribusi Belum Menyeluruh

Dia menyampaikan sebaiknya pemerintah juga perlu sedikit menggeser belanja infrastruktur dengan cakupan cukup besar, lalu sebagian anggaran tersebut diprioritaskan untuk belanja yang bisa langsung terserap masyarakat membutuhkan atau pelaku industri.

Oleh karena itu, Bhima menyebut pemerintah harus memikirkan cara yang tepat. Apabila belanja pemerintah porsinya menurun atau lebih rendah daripada tahun lalu, tentu yang perlu digencarkan porsi dari komponen pengeluaran lainnya, mulai dari konsumsi rumah tangga, ekspor dipertahankan, dan investasi.

"Jadi, komponen itu yang perlu didorong, apalagi dihadapkan tantangan tahun pemilu yang mana investasi biasanya akan wait and see," ungkapnya.

Baca juga: Indonesia Gugat Balik Uni Eropa ke WTO

Bhima menyebut ekspor juga harus didorong sehingga tidak bergantung pada komoditi base, tetapi pada sektor yang punya nilai tambah, seperti sektor industri, ekspor, atau jasa.

Dengan demikian, Indonesia tidak kehilangan momentum pertumbuhan pasca pandemi Covid-19. Sebab, apabila pertumbuhannya di bawah target 5 persen, Indonesia kemungkinan akan terkejar oleh negara tetangga, seperti Vietnam, Malaysia, dan Filipina, yang menargetkan pertumbuhan lebih ambisius.

"Intinya, postur anggaran belanja birokrasi dihemat, tetapi dialihkan kepada belanja yang lebih produktif dan berdampak langsung ke sektor riil," kata dia. (Reporter: Ferry Saputra | Editor: Handoyo)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Ekonom Sebut Anggaran Perlinsos yang Turun Berpotensi Ganggu Pertumbuhan Ekonomi"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com