Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa semakin tinggi job insecurity yang dirasakan oleh seorang karyawan, maka nilai task performance dan organizational citizenship behaviour yang dimilikinya akan semakin rendah (Piccoli et al., 2017).
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Vander Elst et al. (2014) menyatakan bahwa job insecurity berhubungan dengan penurunan employee well-being, dan menyebabkan peningkatan pada kelelahan emosional.
Hal ini terjadi karena karyawan merasa bahwa mereka tidak memiliki kendali atas pekerjaan yang terancam.
Ketiga, berdasarkan penelitian Karatepe et al. (2020), diketahui bahwa job insecurity memiliki hubungan yang signifikan negatif dengan work engagement.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa ketika seorang karyawan memiliki nilai job insecurity yang tinggi, maka ia akan memiliki work engagament yang rendah.
Masih dalam penelitian yang sama, diketahui pula bahwa job insecurity memiliki hubungan yang signifikan positif dengan perilaku absenteeism, datang terlambat, dan pulang kerja lebih awal.
Hasil penelitian pada bagian ini menjelaskan bahwa ketika seorang karyawan memiliki job insecurity yang cenderung tinggi, maka ia juga akan memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melakukan perilaku absenteeism, datang terlambat, dan pulang kerja lebih awal.
Berdasarkan penjabaran di atas diketahui bahwa karyawan yang mengalami job insecurity memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami penurunan kinerja. Bahkan cenderung melakukan hal-hal yang berlawanan dengan perilaku produktif.
Oleh karena itu, hal ini penting menjadi perhatian bagi management perusahaan untuk tetap menjaga well-being dan engagement para karyawan agar mereka tetap memiliki kinerja baik dan dapat mendukung perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.