Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peluang UMKM Berbisnis "D2C Brand" Terbuka Lebar, Kino Buka Program Pelatihan

Kompas.com - 27/02/2023, 09:00 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Minat konsumen terhadap direct to customer [D2C] brand diperkirakan akan terus meningkat di Indonesia. D2C brand merupakan model bisnis yang melakukan penjualan langsung kepada konsumen tanpa bantuan perantara seperti reseller atau dropshipper.

Menurut CEO Kino Indonesia Sidharta Oetama, di Indonesia, porsi pasar D2C masih kurang dari 1 persen dari keseluruhan pasar e-commerce namun memiliki tingkat pertumbuhan besar.

Hal ini didorong oleh luasnya target audience, naiknya jumlah pembeli online, dan tingginya pendapatan per kapita dalam negeri.

“Selain itu juga, ada banyak perusahaan dengan kapitalis ventura yang mulai memberi dukungan modal pada perusahaan rintisan D2C lokal,” kata Sidharta dalam siaran pers, Minggu (26/2/2023).

Baca juga: Potensi dan Tantangan Model Bisnis D2C di Tengah Persaingan Pasar Digital

Sidharta mengungkapkan, dengan besarnya potensi tersebut, Kino Indonesia meluncurkan Kinovation, program akselerator yang bertujuan untuk mendukung pertumbuhan brand D2C lokal di Indonesia.

“Kami percaya brand D2C lokal memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing dengan brand ritel maupun brand global selama mereka bisa menjaga konsistensi kualitas serta memiliki strategi marketing dan distribusi yang kuat,” ujar Sidharta.

Adapun program akselerator Kinovation merupakan wujud komitmen Kino dalam mendukung perkembangan brand lokal serta UMKM di Indonesia.

“Kami berharap melalui program dapat menjembatani para pelaku usaha untuk menjalin hubungan dengan para pemain industri yang ahli di bidang masing-masing sehingga membuka peluang kerja sama ke depannya,” lanjutnya.

Baca juga: Apa Itu Marketplace dan Bedanya dengan Toko Online Maupun E-Commerce?

Aktivitas program Kinovation

Program ini menghadirkan bootcamp intensif berdurasi satu bulan yang menggandeng banyak pemain industri dari berbagai sektor termasuk e-commerce, ritel, serta media digital.

Selama menjalani program akselerator Kinovation, peserta akan mendapatkan sesi mentoring 1-on-1 dengan pemain industri, kunjungan kantor, serta workshop, yang akan membuka berbagai kesempatan kolaborasi bisnis antara peserta dengan para ahli industri.

Agar dapat membangun koneksi sebagai upaya memberikan dampak bagi bisnis, brand D2C juga dituntut untuk dapat membuat strategi digital marketing dengan memanfaatkan media sosial, terutama Facebook, Instagram, dan WhatsApp secara optimal, termasuk membangun narasi branding yang menarik bagi konsumen.

Aldo Rambie, Head of Industry Meta mengatakan, pengembangan teknologi Meta menemukan beragam konten yang menghibur, informatif, dan juga inspiratif. Karena itu, Facebook, Instagram, dan WhatsApp menjadi platform bagi orang-orang untuk bertemu dan menjalin koneksi yang bermakna, termasuk mempertemukan bisnis dengan konsumen.

“Lewat program akselerator Kinovation, peserta akan memiliki kesempatan untuk mempelajari strategi marketing yang relevan dengan perubahan zaman,” ujar Aldo.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com