Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Maria Jaga Tradisi Tenun NTT dengan Pewarna Alami

Kompas.com - 28/02/2023, 18:30 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Melestarikan budaya leluhur bukanlah perkara mudah. Di balik gulungan benang yang berakhir menjadi sehelai tenun, Maria Sanam melalui proses untuk memperpanjang tradisi tenun ikat warna alam di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Maria Sanam merupakan seorang ibu pengrajin tenun berusia 50 tahun asal Desa Nekemunifeto, Kecamatan Mollo Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT.

Pertemuannya dengan Perkumpulan Warna Alam Indonesia (Warlami) memperkenalkannnya kembali dengan tradisi tenun ikat berwarna alam, tradisi yang sejatinya telah ada sejak lama. Sebab sebelumnya, ia hanya menenun dengan pewarna sintetis.

Baca juga: Erick Thohir Khawatir Tarif KRL Naik jika Izin Impor Kereta Tidak Terbit

Sejak mendapat pelatihan dari Warlami pada Agustus 2022, Maria dan komunitas penenun di desanya sudah bisa memproduksi sejumlah tenun berkualitas tinggi.

Harga jual satu tenun ikat berwarna alam dengan motif pahat dapat dijual sekitar Rp 3 juta. Dari 30 pengrajin di sana, jumlah tenun ikat yang dapat dihasilkan sekitar 125 kain tenun per tahun dengan harga jual sekitar Rp 325 juta.

Maria sebagai salah seorang penenun yang dilatih oleh Warlami mengatakan dapat membiayai anaknya berkuliah dan menghidupi kebutuhan keluarganya dengan cukup.

“Ini telah membantu para pengrajin tenun di Desa Nekemunifeto untuk bisa melestarikan budaya tenun bangsa serta membantu perekonomian kami,” ucapnya dalam siaran pers, dikutip Selasa (28/2/2023).

Baca juga: Viral Tagar #BeaCukaiHedon, Ada Pejabat Cabang Jogja Pamer Gaya Hidup Mewah

Pada 21 Februari 2023, untuk pertama kalinya Maria menjejakkan kaki di Jakarta sekaligus luar kota. Ia diundang hadir dalam perhelatan BCA Expoversary 2023 di ICE BSD, Tangerang.

Ia menceritakan kebutuhan dasar listrik dan internet adalah barang langka di desanya. Di balik semua keterbatasan itu, Maria tidak pernah putus dalam membuat tenun ikat.

“Saat pertama kali sa (saya) naik pesawat, sa sangat merasa takut. Sa hanya berharap dengan Tuhan tolong sa sampai kota tujuan dengan selamat,” kata dia.

"Tenun merupakan salah satu mata pencaharian sa, ini telah membantu sa untuk membiayai anak sekolah sampai kuliah,” timpal Maria.

Baca juga: Sri Mulyani: Ekonomi Global Bakal Lebih Baik Dibandingkan Prediksi Resesi

Ia sudah mengakrabi tenun ikat sejak di bangku kelas 3 SD, buah belajar dari kedua orang tuanya.

Namun biasanya ia menggunakan pewarna sintetis, seperti yang digunakan penenun lain di desanya. Bagi para penenun, menggunakan benang berwarna sintetis bisa dibilang pilihan masuk akal karena mudah diakses, murah, dan prosesnya cepat.

Sekretaris Jenderal Warlami Suroso menjelaskan, pada mulanya masyarakat NTT, khususnya Timor Tengah Selatan telah menggunakan pewarna alam untuk tenun ikat. Akan tetapi kedatangan VOC dan hubungan perdagangan yang intens membuat penduduk setempat beralih ke pewarna sintetis.

“Tidak hanya di NTT, di mana saja di mana ada wastra, wastra itu kain adati berupa tenun, batik, dan segala macam, pasti sejak jaman dulu sudah menggunakan bahan pewarna alam,” terang Suroso.

Halaman:


Terkini Lainnya

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com