HEBOH soal luas baku sawah terjadi pada 2018 yang lalu. Kementerian ATR/Ka BPN mengeluarkan data luas baku sawah yang besarnya 7,1 juta ha, mengoreksi data tahun 2013 sebesar 7,79 juta ha.
Kementan mengoreksi beberapa programnya, salah satunya jumlah bantuan pupuk subsidi bagi pemda yang luas baku sawahnya menurun. Demo para petani yang merasa kurang bantuan pupuk subsidi harus dihadapi oleh pemda.
Verifikasi kemudian dilakukan melibatkan ahli-ahli dari LAPAN (sekarang BRIN), BIG dan Balai Besar Sumber daya lahan Pertanian (BBSDLP), Kementan dan ATR/BPN menggunakan data spasial dari satelit dengan presisi tinggi.
Hasil kerja keras mereka, data sawah kita yang sudah dipetakan dengan presisi mencapai 7.463.987 ha melalui Keputusan Menteri ATR/Kepala BPN No. 686/SK-PG.03.03/XII/2019.
Inilah data sawah kita yang terakhir digunakan semua lembaga dan pemerintah daerah di Indonesia.
Berapa luas sawah kita pada pada masa kolonial? Kalau merunut informasi yang disampaikan Oudejans (1999) dalam disertasinya di Landbouw Universiteit Wageningen, Belanda, sawah yang ditanami padi pada masa kolonial kurang lebih 6 juta ha.
Luas sawah kita yang ditanami padi pada 1950-an yang tecatat di Jawa dan Madura berjumlah sekitar 3,5 juta, sementara di luar Jawa sekitar 2,4 juta ha (Oudejans, 1999).
Selama masa pendudukan Jepang 1942-1945, sawah kita masih seperti semula bahkan banyak yang terbengkalai dan menyebabkan produksi beras mengalami penurunan yang drastis karena tidak terpeliharanya fasilitas irigasi.
Penurunan hasil padi yang ditanam pada sawah kita mencapai 20 persen pada 1945 dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun 1950-1960-an, tidak tercatat penambahan sawah kita, mungkin karena situasi politik dan ekonomi yang tidak stabil.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.