JAKARTA, KOMPAS.com - Lokasi Depo Pertamina Plumpang yang mepet dengan pemukiman warga membuat kecelakaan kebakaran pada Jumat (3/3/2023) malam menimbulkan banyak korban.
Oleh karena itu, Pengamat Ekonomi dan Energi UGM Fahmy Radhi menyarankan sebaiknya lokasi depo Pertamina itu dipindah agar dapat diterapkan zoning atau jarak antara depo dengan rumah penduduk minimal 5 kilometer.
Dia menyarankan hal ini karena melihat peristiwa kebakaran di kilang-kilang minyak Pertamina yang pernah terjadi di Balongan dan Cilacap tidak pernah ada korban lantaran menerapkan jarak antara kilang dengan perumahan yang cukup jauh.
"Ini tragedi kemanusiaan yang mesti dihindari. Ke depan untuk tidak terjadi maka yang harus dipindah deponya bukan penduduknya karena akan ribet penduduknya. Karena penyulut itu deponya, maka deponya dipindahkan," ujar Fahmy kepada Kompas.com, Sabtu (4/3/2023).
Baca juga: Depo Plumpang Masuk Zona Bahaya, Jokowi Perintahkan Erick Thohir-Heru Budi Cari Solusi
Adapun lokasi depo yang dia sarankan berada di dekat Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Selain jauh dari pemukiman warga, lokasi ini juga dekat dengan pelabuhan sehingga Pertamina tidak perlu membangun pipa untuk mengalirkan bahan bakar minyak (BBM).
Hal ini justru menjadi keuntungan tersendiri untuk Pertamina karena dapat mengurangi biaya operasional dengan memanfaatkan kapal tanker untuk mengangkut BBM ke SPBU-SPBU di seluruh Indonesia.
Baca juga: Permintaan Pemerintah ke Pertamina Pasca-kebakaran Depo Plumpang
Sebagaimana diketahui, Depo Pertamina Plumpang menyuplai sekitar 20 persen dari kebutuhan BBM harian di Indonesia atau sekitar 25 persen dari total kebutuhan harian SPBU Pertamina.
"Kalau dekat pelabuhan tidak perlu bangun pipa, bisa melalui kapal tanker tadi, bisa meminimalisir risk," kata Fahmy.
Baca juga: Depo Plumpang Terbakar, Dirut Pertamina Tegaskan Stok BBM di Jakarta Aman
Meski Depo Plumpang dipindah, dia bilang, Pertamina juga perlu mengatur jarak antara depo dengan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai langkah antisipasi kecelakaan.
Kemudian, Pertamina perlu menerapkan sistem pengamanan berstandar internasional yang menerapkan keamanan berlapis dengan target zero accident.
"Ketiga, harus ada audit secara berkala yang dilakukan Kementerian ESDM karena Pertamina di bawah Kementerian ESDM bukan Kementerian BUMN," tukasnya.
Baca juga: Kebakaran Depo Plumpang, Pengamat Dorong Pertamina Punya Sistem Keamanan Standar Internasional
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.