Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Letak Geografis Sebabkan Harga BBM RI Variatif, Beda dari Malaysia-Singapura

Kompas.com - 06/03/2023, 14:36 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


PALEMBANG, KOMPAS.com - Dalam mendistribusikan Bahan Bakar Minyak (BBM), masalah kondisi geografis yang berbeda, menyebabkan biaya distribusi ke setiap wilayah menjadi sangat bervariatif. Namun demikian, Pertamina terus berupaya mendorong terciptanya BBM satu harga.

Region Manager Retail Sales Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Awan Raharjo mengungkapkan, terdapat lokasi yang difokuskan menerpakan BBM satu harga yakni di kawasan tertinggal, terdepan dan terluar (3T).

"Indonesia negara kepulauan yang sangat beda dengan Malaysia dan Singapura, sehingga untuk distribusi BBM membutuhkan biaya sangat mahal. Tapi, Pertamina tetap menerapkan kebijakan satu harga," kata Awan dalam diskusi bertajuk ‘Subsidi Tepat, BBM Hemat: Perspektif Komunikasi Publik dan Energi’ di Universitas Sriwijaya, Palembang yang disampaikan dalam siaran pers, Senin (6/3/2023).

Baca juga: Kementerian ESDM dan Pertamina Resmikan 34 Penyalur BBM Satu Harga

Letak geografis dan moda transportasi

Awan mengungkapkan, terdapat tiga moda transportasi untuk mendistribusikan BBM, di antaranya melalui jalur darat menggunakan truk tangki dengan biaya kurang lebih Rp 200 per liter. Sementara jika melalui jalur air, distribusi menggunakan kapal dengan biaya mencapai Rp 2.000 per liter.

"Selain darat dan laut, adalah udara, dengan biaya rata-rata mencapai Rp 14.000 per liter, sementara harga yang harus dijual sama. Ada 400 SPBU, 120 di antaranya menggunakan moda transportasi laut dengan kapal, yang udara ada 19," ujarnya.

Awan mengungkapkan, Pertamina mendapat mandat untuk mendistribusikan BBM ke seluruh pelosok negeri dengan harga yang dapat dijangkau atau affordable. Namun, harga BBM di Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan negara lain.

Baca juga: Harga BBM Pertamax Mau Diumumkan Seminggu Sekali, Erick Thohir: Masih Dibahas dengan Menteri ESDM

Jumlah penduduk

“Mengapa di negara lain bisa lebih murah dari pada Indonesia? Misalnya dengan Qatar. Selain permasalahan distribusi, jumlah penduduk juga menjadi salah satu penyebabnya,” ungkap dia.

Dia mencontohkan, dengan total penduduk Qatar yang berjumlah 3 juta, sedangkan Indonesia 250-270 juta. Produksi Qatar mencapai 1,8 juta bph (barrel per hari), konsumsi dalam negerinya sekitar 300,000 bph, sehingga ada kelebihan 1,5 juta bph sebagai ekses produksi.

"Ini namanya Net Eksportir, sehingga di sana kelebihannya mungkin bisa dikasih gratis BBM-nya. Sementara itu, hasil penjualan 1,5 juta bph tadi bisa dipakai buat sekolah gratis, mungkin pengobatan gratis," lanjuta Awan.

Baca juga: Membandingkan Harga Bensin Pertamina Vs Petronas di Malaysia

Jumlah produksi minyak

Awan mengatakan, di Indonesia kondisi yang terjadi justru sebaliknya. Produksi minyak bumi belum sampai 1 juta bph, sedangkan kebutuhannya 1,4 juta bph.

"Sehingga kita harus impor, dan ada nilai kurs yang dipertimbangkan. Konsumsi kita juga terus bertambah karena penduduknya juga bertambah terus," tegas Awan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com