Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Tumini Pengusaha Keripik, Dulu Modal Kompor Minyak dan Wajan Kecil, Kini Sukses Punya Merek Sendiri

Kompas.com - 08/03/2023, 13:16 WIB
Hamzah Arfah,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS.com - Upaya dalam rangka meningkatkan pendapatan untuk kesejahteraan masyarakat terus dilakukan pemerintah, salah satunya melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Seperti yang dilakukan Semen Indonesia Group (SIG), melalui agenda pembinaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Seperti yang dialami Mulitina Tumini (63) kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, yang memulai usaha Keripik Macho Eliza berbekal modal awal sebesar Rp 500.000 pada 2008. Namun kini, yang bersangkutan menjadi pengusaha makanan ringan dengan merk Keripik Macho Eliza yang merupakan UMKM binaan dari Semen Baturaja asal Palembang.

Tumini menceritakan, awal berat yang harus dijalani saat merintis usaha tersebut. Mulai hanya menggunakan kompor minyak dan wajan kecil, dengan hanya mampu memproduksi 1 kilogram atau 10 bungkus keripik saja per hari. Untuk proses pemasaran juga dilakukan sendiri, dengan cara menjual dari warung ke warung.

"Salah satu keistimewaan keripik yang saya produksi adalah, bahan baku yang digunakan itu macho (sejenis ikan teri), yang hanya bisa didapat di Palembang. Sehingga memiliki rasa gurih yang cukup khas,” ujar Tumini, melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (8/3/2023).

Baca juga: Cerita Stephanie Buka Bisnis Fesyen Morningsol dan Berdayakan Perempuan

Seiring perjalanan waktu, usaha Keripik Macho Eliza yang ditekuni oleh Tumini sempat macet karena terkendala modal pada 2017. Saat itu ketiadaan modal yang dibarengi dengan kenaikan harga bahan baku, membuat Tumini tidak menyanggupi pesanan dari pelanggan. Padahal banyak yang mengaku suka dengan keripik buatan Tumini, lantaran rasanya cukup enak.

“Dulu ada yang pesan 100 bungkus, tapi saya tidak menyanggupi. Sampai akhirnya saya dapat informasi tentang Rumah Kreatif BUMN (RKB) Baturaja yang saat ini menjadi Rumah BUMN Baturaja," ucap Tumini.

"Saya menceritakan kesulitan usaha yang saya alami. Awalnya saya hanya berharap bisa dapat bantuan pinjaman Rp5 juta hingga Rp10 juta. Setelah dilakukan survei pada tahun 2017, usaha saya dinilai berpotensi dan akhirnya mendapat pinjaman Rp50 juta,” tutur Tumini.

Baca juga: Kisah Sukses Ida Bangun Bisnis Iwakula, Modal Rp 10 Juta Bisa Raup Omzet Rp 30 Juta Per Bulan

Berkat pinjaman dana dari rumah BUMN Baturaja, Tumini akhirnya bisa kembali menjalankan usaha, bahkan sukses melakukan pengembangan. Tidak hanya memproduksi keripik macho, bersama tiga orang rekan, Tumini memproduksi stik bawang, emping ubi, sale pisang, kopi bubuk, wedang jahe, lempok, hingga abon ikan patin.

Tumini menjelaskan, pembinaan yang diberikan oleh Rumah BUMN Baturaja tidak terbatas pada bantuan dana. Namun juga meliputi bantuan untuk perizinan, sertifikasi halal, pelatihan, hingga pemasaran baik secara offline maupun online melalui media sosial. Sehingga produk yang dihasilkan, kini telah masuk ke toko pusat oleh-oleh dan minimarket di Baturaja hingga tersedia secara online.

 Baca juga: Cerita Maria Jaga Tradisi Tenun NTT dengan Pewarna Alami

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com