PADA awal 2023, media diramaikan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang menempatkan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai provinsi termiskin di Pulau Jawa.
Meski data ini berorientasi pada besaran konsumsi, namun jika memeriksa rasio gini DIY juga tidak menggembirakan.
Masih berdasarkan data BPS tahun 2022, rasio gini DIY berada pada angka 0,459. Angka ini merupakan rasio gini terbesar jika dibandingkan provinsi lain di Indonesia.
Padahal, tingkat partisipasi angkatan kerja DIY sebesar 72,06 persen (Sakernas BPS, 2022). Selain itu, skor indeks pembangunan pemuda DIY (dengan 6 indikator, yakni: pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, lapangan dan kesempatan kerja, partisipasi dan kepemimpinan, serta gender dan diskriminasi) merupakan skor tertinggi se-Indonesia dengan angka 69,67.
Bahkan angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan skor nasional yang berada di angka 53,33.
Indeks tersebut menunjukkan DIY sebenarnya dianugerahi pemuda (kelompok masyarakat yang berada pada usia produktif) dengan kualitas yang cukup mumpuni.
Namun, dengan modal kualifikasi pemuda dan postur angkatan kerja tersebut, DIY masih mengalami kendala yang tidak sederhana.
Kasus DIY harus menjadi momen bagi semua pemangku kepentingan, baik tingkat nasional ataupun daerah lainnya untuk memeriksa kembali kapasitas diri dan dinamika yang dihadapi generasi muda Indonesia.
Dua hal yang perlu menjadi perhatian, yakni: di mana posisi generasi muda dalam masyarakat dan pembangunan Indonesia?
Selain itu, apa faktor yang menjadi penghambat pemuda Indonesia mengembangkan potensi optimal mereka?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.