Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andhika Beriansyah
Pegawai Negeri Sipil

ASN | Komuter

Anak Muda, Generasi Phi, dan Sandwich

Kompas.com - 10/03/2023, 06:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA awal 2023, media diramaikan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang menempatkan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai provinsi termiskin di Pulau Jawa.

Meski data ini berorientasi pada besaran konsumsi, namun jika memeriksa rasio gini DIY juga tidak menggembirakan.

Masih berdasarkan data BPS tahun 2022, rasio gini DIY berada pada angka 0,459. Angka ini merupakan rasio gini terbesar jika dibandingkan provinsi lain di Indonesia.

Padahal, tingkat partisipasi angkatan kerja DIY sebesar 72,06 persen (Sakernas BPS, 2022). Selain itu, skor indeks pembangunan pemuda DIY (dengan 6 indikator, yakni: pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, lapangan dan kesempatan kerja, partisipasi dan kepemimpinan, serta gender dan diskriminasi) merupakan skor tertinggi se-Indonesia dengan angka 69,67.

Bahkan angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan skor nasional yang berada di angka 53,33.

Indeks tersebut menunjukkan DIY sebenarnya dianugerahi pemuda (kelompok masyarakat yang berada pada usia produktif) dengan kualitas yang cukup mumpuni.

Namun, dengan modal kualifikasi pemuda dan postur angkatan kerja tersebut, DIY masih mengalami kendala yang tidak sederhana.

Kasus DIY harus menjadi momen bagi semua pemangku kepentingan, baik tingkat nasional ataupun daerah lainnya untuk memeriksa kembali kapasitas diri dan dinamika yang dihadapi generasi muda Indonesia.

Dua hal yang perlu menjadi perhatian, yakni: di mana posisi generasi muda dalam masyarakat dan pembangunan Indonesia?

Selain itu, apa faktor yang menjadi penghambat pemuda Indonesia mengembangkan potensi optimal mereka?

Surplus Generasi Phi

Muhammad Faisal, peneliti kepemudaan Indonesia, dalam Generasi Kembali ke Akar: Upaya Generasi Muda Meneruskan Imajinasi Indonesia (2021), menulis bahwa bangsa Indonesia adalah masyarakat yang berpusat pada pemuda (youth centered society).

Selain itu, merujuk beberapa pengkaji generasi seperti William Strauss & Neil Howe dan Karl Mannheim, pembentukan karakter atau corak suatu generasi sangat dipengaruhi peristiwa kritis (critical moment) yang terkait pada konteks masa dan tempat.

Melalui karyanya tersebut, Faisal menawarkan alternatif baru bagi Indonesia dalam klasifikasi generasi yang ada pada masyarakat Indonesia.

Berbeda dengan tipikal generasi masyarakat AS versi Strauss dan Howe (1992), menurut Faisal hingga saat ini telah muncul empat kelompok generasi pada masyarakat Indonesia: Alpha, Beta, Theta, dan Phi.

Generasi Alpha adalah mereka yang mengalami generasi remaja-dewasa muda di masa awal pergerakan nasional hingga perjuangan kemerdekaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com