Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Global Diprediksi Melambat pada 2023, Bagaimana dengan Indonesia?

Kompas.com - 10/03/2023, 15:10 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan melambat pada tahun ini dibandingkan 2022. Meski demikian, perlambatan ekonomi tahun ini tidak akan separah perkiraan sebelumnya.

Anggota Dewan Komisioner LPS Didik Madiyono mengatakan, berdasarkan laporan Dana Moneter Internasional (IMF) pertumbuhan ekonomi global pada 2022 sebesar 3,4 persen dan pada 2023 diprediksi tumbuh melemah di kisaran 1,7-2,9 persen.

Hal ini, kata dia, disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS), negara-negara maju di Eropa, China, dan Jepang. AS misalnya, pada 2022 pertumbuhan ekonominya sebesar 2,1 persen tapi tahun ini diperkirakan hanya berkisar 1,2-1,4 persen.

"Tahun 2023 ini ekonomi global akan melambat meskipun tidak separah yang diperkirakan sebelumnya. Pelemahan ini dipicu oleh pertumbuhan ekonomi negara besar yang mengalami perlambatan," ujarnya dalam sebuah diskusi, Kamis (9/3/2023).

Baca juga: Ekonomi Indonesia 2023 yang Kuat Jadi Sentimen Positif Startup

Dia menjelaskan, perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju ini karena tekanan inflasi yang mengakibatkan kenaikan suku bunga acuan.

Kendati demikian, inflasi kini telah turun secara perlahan. Jika beberapa waktu lalu inflasi AS sempat sentuh level 9 persen kini telah turun ke level 6,4 persen, begitupun dengan inflasi di Eropa yang sebelumnya sempat double digit.

Pada waktu yang sama, tren kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral beberapa negara masih belum berakhir. Bank sentral AS, The Federal Reserve, diperkirakan masih akan melanjutkan kenaikan suku bunga acuan ke depannya untuk turunkan inflasi.

"Demikian Eropa dan England diperkirakan masih akan melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga," kata dia.

Lantas, bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia?

Baca juga: Dollar AS Dekati Rp 15.500, LPS: Sumbernya Bukan dari Fundamental Ekonomi RI

Melihat berbagai sumber ketidakpastian global itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia rupanya masih cukup kuat. Tercermin dari pertumbuhan ekonomi RI pada 2022 yang mencapai 5,31 persen dan tahun ini pun perekonomian diperkirakan masih akan tumbuh sekitar 5 persen.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Group Riset LPS Herman Saheruddin menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh beberapa faktor, yaitu konsumsi domestik, investasi domestik, konsumsi pemerintah, ekspor, dan impor.

"Dari 5 pembentuk pertumbuhan ekonomi, yang paling besar more than 50 persen kontribusinya adalah konsumsi domestik. Artinya Kita bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi kalau konsumsinya cukup," kata Herman.

Herman bilang, saat ini momentum pemulihan konsumsi masyarakat Indonesia sudah mulai membaik. Hal ini tercermin dari pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tercatat mulai tumbuh normal seperti sebelum pandemi Covid-19.

Berdasarkan paparannya, sejak Kuartal III 2021 pengeluaran konsumsi rumah tangga terus tumbuh dari sekitar 1 persen dan pada Kuartal IV 2022 menjadi 4 persen.

Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi pandemi Covid-19 pengeluaran konsumsi rumah tangga tercatat minus hingga 6 persen pada Kuartal II-2020.

Menurutnya, selain konsumsi domestik, pertumbuhan ekonomi juga harus didukung oleh dunia usaha dengan cara meningkatkan investasi mereka.

Pasalnya, dengan dana investasi dari dunia usaha ini akan memberikan efek berganda bagi sektor ekonomi lain. Misalnya dari pembangunan pabrik baru, maka akan memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakat.

"Kalau memang struktur fundamental Indonesia ini kuat, maka dunia usaha ini tidak perlu ragu-ragu lagi untuk terus mendorong investasinya ke depan. Ini multiplier effect-nya tinggi sekali, ini yang perlu kita dorong," kata dia.

Baca juga: JP Morgan: Ekonomi Digital Bisa Menjadi Sumber Baru Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com