PADA Jumat (10/3), Silicon Valley Bank, bank di Amerika Serikat (AS) yang memberikan pinjaman kepada nasabah di bidang teknologi informasi, menyatakan kebangkrutan. Silicon Valley Bank (SVB) menyatakan kolaps pada Sabtu (11/3).
Kebangkrutan bank di markas raksasa teknologi ini menjadi kegagalan terbesar bank Amerika Serikat sejak krisis global tahun 2008.
Berdiri pada 1983, SVB adalah perbankan dengan spesialisasi perusahaan rintisan atau startup teknologi.
Dalam portfolionya, bank ini menyasar tiga segmen, yakni: perusahaan startup, modal ventura, dan perusahaan ekuitas yang mendukung startup.
SVB telah beroperasi di 29 kantor di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Irlandia, Denmark, Swedia, China, India, Israel, dan Hongkong.
SVB melayani hampir setengah dari perusahaan teknologi dan ilmu pengetahuan yang didukung lebih dari 2.500 perusahaan modal ventura dunia.
Berita kebangrutan SVB merupakan kejutan bagi pasar Wall Street dan Pemerintahan AS atas keruntuhannya yang mempertanyakan kemampuan bank menopang laju pertumbuhan yang cepat dari industri teknologi.
Dari berbagai analisis perbankan dinyatakan bahwa bank tersebut mengambil terlalu banyak simpanan korporasi, dan terjerat oleh pemberian suku bunga tinggi. Bank juga terlalu banyak menyimpan uang tunai dari perusahaan rintisan (start-up).
Silicon Valley Bank melakukan apa yang dilakukan sebagian besar pesaingnya: menyimpan sebagian kecil dari tabungannya dalam bentuk tunai, dan menggunakan sisanya untuk membeli utang jangka panjang seperti obligasi Treasuri.
Penyebab utama SVB bangkrut adalah sebagai dampak kenaikan suku bunga Federal Reserve, Bank sentral Amerika Serikat (AS).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.