Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bellion
KOMPAS.com - Mengatur suatu acara atau pameran bukanlah hal yang mudah. Ada banyak tantangan yang tak terduga, seperti munculnya pandemi Covid-19. Situasi ini pun membuat banyak acara harus mengalami pengubahan konsep, tertunda, hingga batal.
Tentu saja, industri MICE adalah yang paling terdampak dari situasi ini. Begitu pula salah satu acara Indonesia International Motor Show yang rutin digelar tiap tahunnya harus sempat terhenti karena pembatasan jarak yang diatur oleh pemerintah.
Daswar Marpaung, President Director Dyandra Promosindo, dalam siniar Obsesif bertajuk “Revolusi Mindset dengan Adaptasi, Belajar, dan Komitmen” dengan tautan akses dik.si/ObsesifDaswar, pun membagikan kisahnya hingga mampu bangkit dan berhasil menggelar pameran tersebut di tahun ini.
Menurut Daswar, awalnya IIMS digelar untuk membantu peningkatan penjualan otomotif dari segmen bawah hingga atas. Namun, melihat dunia otomotif yang semakin berkembang, tujuan ini diperluas ingin mempererat para komunitas dan pecinta otomotif.
Baca juga: Kepemimpinan Inklusif Kunci Pemimpin Efektif
Tak hanya itu, ia juga menambahkan otomotif juga sangat berpengaruh pada ekonomi negara, “Pameran otomotif untuk meningkatkan ekonomi nasional, khususnya industri otomotif. Jadi, sebagai kita semua tahu bahwa industri otomotif adalah backbone pertumbuhan ekonomi, ya, secara makro.”
Pada tahun ini, Daswar secara khusus juga ingin mengenalkan bahwa industri otomotif tak hanya terbatas pada kendaraan beroda, melainkan juga perkapalan. Hal ini ia tunjukkan dengan membuat power boating exhibition.
Konsep ini pun sebelumnya sempat tertunda karena pembatasan sosial. Namun, berkat kerja keras dan kesungguhan Daswar juga timnya, ia bisa merealisasikannya. Bahkan, mereka juga menggelar festival musik selama sebelas hari berturut-turut. Para pengisinya pun disesuaikan dengan pasar Milenial dan Generasi Z.
Sebagai pemimpin, Daswar tentu menghadapi beberapa kesulitan, terlebih dalam industri MICE yang sangat dinamis. Menurutnya, salah satu tantangan besar yang kerap dialami adalah soal kreativitas.
Ia menjelaskan mengapa kreativitas menjadi tantangan berat, “Jika kita melihat industri secara general bahwa karena pandemi ini sudah merusak industri ini secara keseluruhan sehingga banyak sekali kita yang kehilangan talent-talent yang tersedia.”
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.