JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus Silicon Valley Bank bangkrut tengah menjadi perhatian banyak pihak, tidak terkecuali pemerintah. Pasalnya, penutupan bank yang berfokus pada perusahaan rintisan atau startup itu telah meningkatkan skala ketidakpastian ekonomi global.
"Yang harus kita waspadai sekarang adalah kondisi pasar global yang seperti terjadi dalam weekend terakhir, penutupan Silicon Valley Bank," ujar Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers APBN KiTa Februari 2023, di Jakarta, Selasa (14/3/2023).
Bendahara negara mengatakan, Silicon Valley Bank sebenarnya merupakan bank yang relatif kecil, dengan nilai aset sebesar 200 miliar dollar AS. Namun, penutupan bank tesebut telah menimbulkan 'guncangan' yang signifikan terhadap aspek kepercayaan deposan di Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Kolaps, Silicon Valley Bank Ditutup Regulator AS
Bahkan pemerintah AS pada akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan Silicon Valley Bank, sehingga para deposan bank itu dapat mengakses semua uang mereka. Padahal, pemerintah AS sebelumnya memastikan tidak ada aksi bailout terhadap Silicon Valley Bank.
"Ini tentu suatu pelajaran yang perlu kita lihat. Bank yang kecil di dalam posisi tertentu bisa menimbulkan persepsi sistemik," kata Sri Mulyani.
Lebih lanjut wanita yang akrab disapa Ani itu bilang, saat ini sudah terdapat sejumlah analisa yang menjelaskan pemicu Silicon Valley Bank bangkrut. Krisis ini bermula dari merosotnya kinerja startup sepanjang tahun lalu.
Startup sendiri merupakan segmen utama penyaluran kredit Silicon Valley Bank. Dengan adanya koreksi kinerja startup yang signifikan, kekhawatiran terhadap penyaluran kredit SVB mulai muncul.
Pasalnya, Silicon Valley Bank mencatatkan adanya lonjakan deposito yang signifikan. Bahkan, Sri Mulyani menyebutkan, deposito SVB naik lebih dari 3 kali lipat dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun.
Baca juga: Kronologi Bangkrutnya Silicon Valley Bank, Bank Terbesar Ke-16 di AS
"Deposito yang sangat banyak, tapi penyalurannya kepada kredit menjadi tertahan karena kinerja dari stratup yang menurun sangat signifikan, menyebabkan kondisi neraca keuangan mengalami tekanan," tuturnya.
Dengan adanya kenaikan deposito yang signifikan diikuti koreksi kinerja startup, Silicon Valley Bank memutuskan untuk menempatkan dana nasabah ke surat berharga negara (SBN) AS dengan tenor panjang. Akan tetapi, belakangan suku bunga atau interest rate SBN AS jangka panjang mengalami penurunan, seiring dengan langkah pengetatan kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) yang agresif.
"Ini semuanya yang menyebakan kemudian SVB dari sisi balance sheet mengalami penurunan. Dan timbul rumor, sehingga terjadi bankrupt," kata Sri Mulyani.
Terkait dengan Silicon Valley Bank bangkrut tersebut, Sri Mulyani memastikan, pemerintah akan terus melakukan pemantauan. Krisis itu disebut bisa terus berkembang dalam waktu singkat.
Baca juga: Sentimen Silicon Valley Bank, Bikin Saham-saham Perbankan di Wall Street Ambruk
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.