SEORANG teman mengirim link berita online kepada saya. Inti beritanya adalah salah satu maskapai penerbangan menjual tiket sangat murah, di bawah ketentuan tarif batas bawah yang ditetapkan oleh pemerintah.
Disebutkan juga bahwa perang harga tiket murah penerbangan sudah dimulai.
Di berita sebenarnya sudah disebutkan bahwa harga tiket itu melanggar Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 106 tahun 2019 tentang Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.
Walaupun judulnya Tarif Batas Atas (TBA), di aturan tersebut diatur juga tentang Tarif Batas Bawah (TBB).
Link berita itu saya forward ke grup whatsapp yang berisi teman-teman beragam profesi dan latar belakang. Tanggapannya beragam. Ada yang senang dapat tiket murah.
Ada yang menganggap ini hanya gimmick maskapai untuk melariskan dagangannya. Namun tak sedikit yang bertanya khawatir, “Ada apakah ini?”
Sebagai konsumen, wajar bila kita senang dapat tiket murah. Karena dalam hitungan praktis, sisa uang dapat kita pakai untuk keperluan lainnya. Lumayan.
Namun apakah memang harus seperti itu? Nah, mari kita coba kulik soal perang harga tiket pesawat ini dengan perspektif yang lebih luas.
Saya kutip dari KM 106, dinyatakan bahwa pengaturan tarif penerbangan oleh pemerintah adalah untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan masyarakat dalam hal ini aspek kepentingan perlindungan konsumen dan perlindungan dari persaingan tidak sehat, keselamatan dan keamanan penerbangan, serta kepentingan penyelenggara jasa angkutan penerbangan.
Jika dipilah, ada dua komponen besar yang didapat, yaitu perlindungan terhadap konsumen (penumpang) dan di sisi lain perlindungan terhadap produsen dalam hal ini maskapai penerbangan.
Konsumen dilindungi dari harga tiket yang “mahal” dan dilindungi keselamatan plus keamanannya. Sedangkan produsen dilindungi dari persaingan usaha yang tidak sehat akibat harga yang rendah.
Sebagian teman saya mengatakan bahwa kondisi perang harga ini menguntungkan. Bahkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno juga ikut gembira.
Menurut dia, saat inilah waktu terbaik bagi masyarakat untuk berwisata. Sandiaga mendorong masyarakat untuk membeli tiket pesawat yang murah untuk mendongkrak bisnis pariwisata.
Faktor harga memang salah satu yang paling berpengaruh dalam bisnis. Semua pakar pemasaran global seperti Neil Borden, Jerome McCarthy, Phillip Kotler hingga Hermawan Kertajaya mengamini hal tersebut.
Secara naluri, manusia memang akan selalu menggunakan prinsip ekonomi, yaitu mengeluarkan biaya yang minimal untuk mendapat hasil yang maksimal.