Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OJK Ingin Porsi Pembiayaan Kredit Nasional Capai Lebih dari 35 Persen PDB

Kompas.com - 17/03/2023, 20:40 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


DENPASAR, KOMPAS.com - Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara mengungkapkan, pihaknya terus mendorong pembiayaan kredit nasional bisa terus tumbuh lebih dari 35 persen dari produk domestik bruto (PDB).

“Kalau kita bicara soal sektor jasa keuangan, kredit, dan pengembangan UMKM, kita ingin 35 persen PDB kita itu bisa meningkat dengan pesat. Indonesia ini negara besar, dari Sabang sampai Merauke, penduduknya 250-300 juta, enggak cukup kalau PDB-nya cuma 35 persen, jadi harus lebih besar,” kata Mirza di Nusa Dua-Bali, Kamis (16/3/2023).

Peningkatan porsi kredit tersebut perlu dinaikkan lebih dari 35 persen PDB, karena OJK ingin mengembangkan kredit di sektor pangan, mikro, hingga kredit perorangan termasuk kredit perumahan, pelajar, dan kredit lainnya.

Baca juga: Soal Kredit Macet Fintech, OJK Masih Berikan Kesempatan

Mirza mencontohkan, Thailand memiliki porsi kredit 50 persen dari PDB, sementara negara maju lainnya sudah diatas 100 persen PDB. Maka dari itu, untuk menjadi negara maju, dan mensejahterakan masyarakat, pihaknya akan mengejar target porsi kredit yang lebih tinggi lagi secara jangka panjang.

“Itu target jangka panjang. Kalau kita mau jadi negara maju, mau enggak mau pembiayaan kredit terhadap PDB harus lebih besar. Kalau bicara negara maju di atas 100 persen PDB, termasuk berbagai perusahaan, bahkan perusahaan kecil juga bisa menerbitkan surat utang,” ungkap Mirza.

“Kenapa perusahaan kecil bisa terbitkan surat utang? Karena informasinya bagus, sehingga yang mau beli surat utang memiliki informasi yang jelas, bahwa perusahaan itu layak untuk dibeli surat utangnya, dan ini tentu baik bagi perbankan, IKNB, dan masyarakat,” lanjut dia.

Di sisi lain, Mirza menekankan bahwa jika suatu lembaga keuangan ingin menyalurkan kredit atau pembiayaan, tentunya ingin agar pembiayaan tersebut sehat. Sehingga penting untuk meningkatkan manajemen risiko kredit.

Baca juga: Dorong Pembiayaan UMKM, OJK Tekankan Pentingya Sinergi Lembaga Pemeringkat Kredit

Beberapa hal yang bisa dilakukan berkaitan dengan manajemen risiko kredit mencakup, pengembangan sistem SLIK, atau sistem informasi yang dikelola oleh OJK untuk mendukung pelaksanaan tugas pengawasan dan layanan informasi di bidang keuangan.

“Sistem SLIK yang sudah ada saat ini dikembangkan terkait dengan informasi-informasi terkait kredit, yang dimasukkan dan menjadi bagian dari SLIK,” ungkap dia.

“Kemudian, kita juga mengembangkan blue print berisi informasi yang bukan terkait kredit, seperti tagihan telekomunikasi, listrik, hingga pembayaran BPJS. Karena itu merupakan informasi penting apakah seseorang, UMKM, atau company layak mendapatkan kredit,” jelasnya.

Informasi penting lainnya yang akan ikut menjadi penilaian kelayakan kredit debitur, mencakup credit scoring, seperti paylater, e-commerce, dan media sosial. Menurut Mirza, untuk memastikan seseorang layak mendapatkan kredit, hal-hal tersebut dikombinasikan, dikembangkan, dan dianalisa.

Baca juga: Silicon Valley Bank Bangkrut, Bank Jago Petik Pelajaran Penting

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com