Anggota MIND ID lainnya, ANTM sedang mengerjakan banyak proyek termasuk proyek hilirisasi untuk pengembangan pabrik feronikel di Halmahera Timur (FeNiHaltim) dengan kapasitas 13.000 matrik ton per tahun dan investasi di atas 2 miliar dollar.
Dengan kapasitas smelter mencapai 13.500 metrik ton feronikel per tahun, ANTM berharap bisa mendapat return of investment (balik modal) cepat dan mendapat untung. Jika proyek itu untung, dividen kepada pemegang saham besar dan penerimaan negara juga ikut besar.
ANTM juga harus bertanggung jawab terhadap dana investasi yang sudah dikeluarkan untuk pengembangan smelter FeniHaltim. Reputasi ANTM sebagai perusahaan tambang BUMN juga tak dianggap sebelah mata. Jadi, proyek ini bisa dikatakan pertaruhan para manajemen ANTM.
Maka, pengelolaan bisnisnya perlu hati-hati. Banyak yang mengatakan, jika proyek ini berjalan, ANTM bisa meraup untung besar. Apalagi ANTM sudah sejak tahun 1970-an telah membangun pabrik smelter feronikel berkapasitas 27.000 metrik ton di Pomala, Sulawesi Tenggara.
Pengembangan pabrik smelter di Halmahera serentak membuat perkonomian daerah di Halmahera bergairah, tenaga kerja bertambah yang semuanya berimpilikasi langsung pada pengurangan angka kemiskinan dan mekarnya pembangunan daerah.
Selain dua anggota holding di atas, masih ada PT Bukit Asam yang sedang berencana membangunan royek Dimethyl Ether (DME) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, dengan nilai investasi senilai 2,3 miliar dolar. Ini proyek strategis nasional yang diperintahkan Presiden Jokowi dalam rangka mengubah batu bara menjadi liquefied petroleum gas (LPG).
Proyek DME itu akan sangat signifikan mengurangi impor LPG dari Timur Tengah dan Amerika Serikat yang sampai saat ini mencapai 72 persen dengan nilai impor sebesar 5 miliar dolar. Proyek ini sangat berguna bagi pembangunan karena berpotensi merekrut angkatan kerja sebanyak 10.000 pekerja.
Masih banyak lagi investasi PTBA yang besar-besar lainnya yang tak bisa ditulis secara detail dalam ulasan singkat ini.
Begitupun PT Timah di Bangka berencana membangun pabrik smelter dengan nilai investasi yang besar. Selama ini, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi provinsi Bangka-Balitung ditopang perusahaan BUMN ini. Ditambah dengan rencana pengembangan smelter timah, membuat gairah ekonomi daerah ini ke depan semakin tinggi.
Jadi, pengembangan investasi anggota holding MIND ID di atas juga membantu pemerintah untuk mendorong hilirisasi tambang. Presiden Jokowi sangat berambisi untuk menutup keran ekspor mineral sejenis tambang dan mewajibkan semua perusahaan tambang membangun smelter dalam negeri agar memberi nilai tambah.
Kementerian Investasi (2023) misalnya, memproyeksikan nilai tambah bahan tambang yang diolah di dalam pabrik smelter mencapai 19 kali dan permintaan global yang sangat tinggi.
Rantai jaringan bisnis dari industri ini akan sangat menentukan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan lapangan kerja. Dengan kebijakan hilirisasi minerba, daerah di luar pulau Jawa akan lebih menarik.
Baca juga: Setelah Freeport dan Vale, Apa Lagi yang Diincar Holding BUMN Tambang?
Pembangunan smelter bisa mengurangi kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa. Jokowi ingin mempercepat pembangunan ekonomi di luar Jawa. Maka, pembangunan smelter dari anggota holding MIND ID menjadi sangat penting untuk menopang pertumbuhan ekonomi daerah.
MIND ID juga menjadi penentu sukses atau tidaknya pengembangan ekosistem mobil listrik pemerintah. Untuk tujuan inilah, Indonesia Corporation (IBC) dibentuk kementerian BUMN.
IBC adalah perusahaan patungan (joint venture) antara Pertamina (Persero), PLN (Persero), MIND ID, dan ANTM. ANTM yang memiliki banyak konsensi nikel di hulu diharapkan menjadi pemasok nikel kelas 1 ke smelter untuk pengembangan nickle sulfate milik IBC.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya