Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Saham Siklikal, Saham yang Dipengaruhi Kondisi Makroekonomi

Kompas.com - 20/03/2023, 15:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Saat ini, investasi sangat diminati oleh masyarakat Indonesia. Ada banyak jenis saham yang dapat dipilih karena potensi besar pun telah terbuka lebar karena berakhirnya PPKM di Indonesia.

Menurut Joice dan Djumyati, Certified Financial Planner, dalam siniar CUAN episode “Saham Naik Double, Rekomendasi Saham yang Jadi Top Picks” dengan tautan akses dik.si/CUANSahamTop, tahun lalu, saham batu bara memiliki peminat tinggi karena menghasilkan market cap yang tinggi.

Sementara itu, saham dari sektor pariwisata dan retail mengalami penurunan karena dipengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. Ternyata, saham-saham yang dipengaruhi kondisi ekonomi seperti ini memiliki istilahnya sendiri, yaitu saham siklikal.

Apa Itu Saham Siklikal?

Mengutip India Times, saham siklikal adalah saham yang keuntungannya sangat dipengaruhi ekonomi makro atau perubahan sistematis dalam perekonomian secara keseluruhan.

Saham ini biasanya diperdagangkan secara besar-besaran karena investor mencoba membelinya pada titik terendah siklus ekonomi dan menjualnya saat siklus itu meningkat.

Baca juga: Tips Menghindari Penipuan Investasi Robot Trading

Artinya, saham ini sangat mengikuti siklus ekonomi melalui ekspansi, puncak, resesi, dan pemulihan.

Sebagian besar saham siklikal terdiri dari perusahaan yang menjual barang-barang produk yang banyak dibeli konsumen selama ekonomi berkembang pesat, tetapi mereka belanja lebih sedikit selama resesi.

Perusahaan-perusahaan yang memiliki saham ini biasanya memproduksi mobil, barang mewah, toko pakaian, maskapai penerbangan, dan hotel.

Ini disebabkan perusahaan-perusahaan tersebut berpotensi mengalami lonjakan konsumen dan keuntungan saat ekonomi baik, namun sebaliknya saat kondisi ekonomi melesu.

Indikator Menilai Saham Siklikal

Mengutip Investopedia, ada berbagai indikator yang dapat digunakan untuk menilai saham siklikal. Pertama adalah nilai beta atau risiko sistemik. Saham jenis ini cenderung memiliki nilai beta yang biasanya lebih tinggi dari 1.

Artinya, jika beta menunjukkan angka 1,5 berarti jika pasar turun 10 persen, saham kemungkinan akan turun 15 persen.

Kedua, saham siklis cenderung memiliki laba per saham atau EPS yang fluktuatif. Ini disebabkan karena keuntungan mereka terus berubah seiring dengan sentimen ekonomi. Ketiga adalah price-earnings ratio, yang membandingkan harga suatu saham dengan EPS-nya.

Saham siklikal umumnya cenderung memiliki rasio PE yang rendah sehingga membuatnya lebih murah dibandingkan dengan saham defensif.

Memahami Saham Siklikal

Sebagai investor di saham siklikal, kita harus berhati-hati dengan posisi para perusahan di bursa saham. Sangat perlu untuk mengetahui kondisi ekonomi saat ini dan pengaruhnya terhadap saham.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com