Selain faktor itu, hubungan antara tingkat suku bunga perbankan dan pergerakan harga saham juga sangat jelas.
Ketika suku bunga perbankan melejit, harga saham yang diperdagangkan di bursa akan cenderung turun tajam karena banyak investor yang mengalihkan investasinya ke instrumen perbankan semisal deposito. Dengan naiknya suku bunga tersebut, investor dapat meraup keuntungan yang lebih banyak.
Sedangkan bagi perusahaan, ketika suku bunga perbankan naik, mereka akan cenderung untuk meminimalkan kerugian akibat dari meningkatnya beban biaya. Hal ini terjadi karena sebagian besar perusahaan memiliki utang kepada perbankan.
Baca juga: Saham Siklikal, Saham yang Dipengaruhi Kondisi Makroekonomi
b. Fluktuasi kurs rupiah terhadap mata uang asing
Kuat lemahnya kurs rupiah terhadap mata uang asing juga menjadi salah satu penyebab naik turunya harga saham.
Perusahaan importir atau yang memiliki beban utang mata uang asing akan dirugikan akibat melemahnya kurs rupiah.
Hal ini dikarenakan akan meningkatkan biaya operasional dan turunnya harga saham yang ditawarkan.
c. Kebijakan pemerintah
Kebijakan Pemerintah dapat memengaruhi harga saham meskipun kebijakan itu masih dalam tahap wacana dan belum terealisasi.
Banyak contoh dari kebijakan Pemerintah yang menimbulkan volatilitas harga saham, seperti kebijakan ekspor impor, kebijakan perseroan, kebijakan utang, kebijakan Penanaman Modal Asing (PMA), dan lain sebagainya.
Baca juga: Menilik Kinerja Saham Perusahaan Investasi, Masih Berpotensi Cuan?
d. Faktor panik
Suatu pemberitaan bisa memicu kepanikan di salah satu bursa atau saham, yang bisa membuat investor menjual sahamnya.
Kepanikan akan menyebabkan tekanan jual, yang otomatis membuat harga saham akan turun. Sebaiknya hindari menjual saham saat terbawa kepanikan.
Anda dapat menganalisis lebih dalam terkait saham yang ingin dijual.
e. Faktor manipulasi pasar