Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekhawatiran Krisis Perbankan Dorong Kenaikan Harga Emas Dunia

Kompas.com - 25/03/2023, 11:10 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga emas dunia ditutup melemah pada akhir perdagangan Jumat (24/3/2023) waktu setempat atau Sabtu pagi WIB. Meski begitu, emas tetap mencetak kenaikan mingguan keempat berturut-turut.

Pergerakan harga emas tersebut dipengaruhi kekhawatiran pasar terhadap krisis sektor perbankan yang bisa memicu terjadinya resesi.

Mengutip Market Watch, harga emas berjangka Comex New York Exchange turun 0,6 persen ke level 1.983,80 dollar AS per ons. Secara mingguan, harga emas berjangka Comex naik 0,5 persen, sekaligus menjadi kenaikan empat minggu berturut-turut.

Baca juga: Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian, dari 0,5 Gram hingga 1 Kg

Sementara harga emas di pasar spot terpantau turun 0,8 persen menjadi di level 1.977,01 dollar AS per ons. Kedua patokan harga emas dunia itu sempat menyentuh level 2.000 dollar AS per ons pada sesi perdagangan kemarin.

Emas berjangka diperdagangkan setinggi 2.006,50 dollar AS per ons pada transaksi hari Jumat, menjadi kedua kalinya menyentuh level di atas 2.000 dollar AS per ons pada minggu ini, meski belum bisa mempertahankan level tersebut sejak 10 Maret 2022 lalu.

"Logam mulia terus dipengaruhi oleh berbagai kekuatan fundamental, mulai dari ekspektasi kenaikan (suku bunga Federal Reserve), ketakutan perbankan yang berkepanjangan, pelemahan dollar AS, dan penurunan imbal hasil U.S Treasury," ujar Lukman Otunuga, Manajer Analisis Pasar di FXTM.

Emas mendapat keuntungan sejak jatuhnya bank asal Amerika Serikat (AS), Silicon Valley Bank California pada awal bulan Maret 2023. Kekhawatiran pasar tentang kemungkinan krisis perbankan bakal memicu resesi telah membuat emas menjadi aset safe haven yang diminati investor.

Kekhawatiran terhadap sektor perbankan kembali menguat pada perdagangan Jumat kemarin setelah terpukulnya saham Deutsche Bank dan UBS, dua bank raksasa di Eropa.

Baca juga: Simak Promo Minyak Goreng di Indomaret dan Alfamart

Ada kekhawatiran bahwa regulator dan bank sentral belum mampu mengatasi guncangan terburuk pada sektor ini sejak krisis keuangan tahun 2008.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS atau U.S Treasury pun menurun karena investor beralih ke aset yang lebih aman. Penurunan terjadi usai Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) mengisyaratkan bakal berakhirnya siklus pengetatan moneter.

The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Rabu kemarin, namun turut memberi sinyal hanya akan menaikkan satu kali lagi suku bunga di tahun ini.

Sebelumnya, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, David Meger mengatakan, jika The Fed tidak dapat menaikkan suku bunga lebih jauh lagi, namun inflasi tetap tinggi maka akan menguntungkan pasar emas.

"Jika mereka (The Fed) benar-benar berhenti, itu jelas merupakan lampu hijau untuk pasar emas, menjadi aset lindung nilai klasik terhadap inflasi," ujarnya.

Baca juga: Marak Pungli Bea Cukai ke Pengusaha Jepang Bikin Soeharto Naik Pitam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com