Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Sepekan Menguat 1,25 Persen, Ini Penopangnya

Kompas.com - 26/03/2023, 06:56 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) menguat signifikan sebesar 1,25 persen ke level Rp 15.153 per dollar AS pada perdagangan Jumat (24/3). Dalam sepekan, rupiah juga menguat 1,25 persen dari posisi penutupan Jumat pekan lalu di Rp 15.345 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, Jumat (24/3/2023), kurs rupiah berada di posisi Rp 15.189 per dollar. Dibandingkan Jumat pekan lalu yang berada di Rp 15.364, rupiah menguat 1,13 persen dalam sepekan.

Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 basis points (bps) pada Rabu (22/3/2023) sebenarnya sesuai dengan perkiraan pasar. Alhasil, langkah The Fed tersebut sebenarnya tidak menguatkan atau melemahkan rupiah.

Baca juga: IHSG dan Rupiah Parkir di Zona Hijau di Akhir Pekan

Akan tetapi, dari pernyataannya, The Fed membuka opsi untuk menurunkan suku bunga acuan pada tahun ini.

"Hal ini terdengar dovish sehingga melemahkan dollar AS," ucap Lukman seperti dilansir Kontan.co.id, Minggu (26/3/2023).

Namun, Lukman melihat, efek dari hasil Federal Open Market Committee (FOMC) meeting ini sudah hampir tidak ada. Oleh sebab itu, penguatan maupun perlemahan rupiah ke depannya akan tergantung dengan sentimen di pasar yang akan fokus pada perkembangan seputar kejatuhan perbankan di AS dan Eropa.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menambahkan, rupiah juga mendapatkan sentimen positif dari laporan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Lembaga tersebut menyatakan bahwa negara-negara berkembang di Asia, termasuk Indonesia tidak akan terlalu terdampak dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Pasalnya, ekonomi China terus bergulir sehingga ikut memutar roda perekonomian Indonesia.

Baca juga: Harga Saham Naik dan Turun, Apa Penyebabnya?

Selain itu, OECD memperkirakan inflasi Indonesia pada sekitar tahun 2023 hingga 2024 akan melandai meski tak langsung ke level rendah. Inflasi Indonesia pada tahun 2023 akan berada di level moderat.

Di sisi lain, OECD tetap melihat tantangan yang membayangi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, yakni ketegangan geopolitik yang masih belum tahu kapan akan berakhir. "Hal ini berdampak terhadap risiko pangan dan energi," ucap Ibrahim.

Kemudian, suku bunga yang lebih tinggi akan memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dan dapat menyebabkan masalah keuangan. Banyak negara berkembang akan menghadapi kesusahan akibat membengkaknya utang serta defisit seiring kenaikan suku bunga acuan global. (Nur Qolbi)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Rupiah Menguat 1,25% Dalam Sepekan, Berikut Faktor Penopangnya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com