Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Keruntuhan Silicon Valley Bank Gagal Diprediksi?

Kompas.com - 27/03/2023, 12:31 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Sumber CNN

NEW YORK, KOMPAS.com - Sebelum bangkrut, hanya segelintir orang di luar industri teknologi yang tahu tentang Silicon Valley Bank.

Namun, pada 10 Maret 2023 ketika klien menarik 42 miliar dollar AS dalam satu hari, regulator negara bagian dan federal Amerika Serikat lantas berjibaku menyelamatkan apa yang tersisa dari SVB tersebut.

Dalam proses penyelamatan ini, lantas terkuak apa yang sebenarnya membuat salah satu bank terbesar di Amerika Serikat ini kolaps. Ada tanda-tanda yang jelas terkait salah urus dasar perusahaan.

Lantas mengapa tidak ada yang dapat memprediksi keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB)?

Yang jelas, kegagalan SVB bukanlah kesalahan satu orang, sistem, atau aset, melainkan hiruk pikuk lonceng peringatan yang terlewatkan.

Sedikit catatan, SVB tumbuh sangat cepat dengan aset hampir empat kali lipat antara 2018 dan 2021. SVB menjadi bank terbesar ke-16 di negara itu pada akhir 2022, dengan aset 209 miliar dollar AS. Hal ini seharusnya telah menjadi peringatan dengan sendirinya.

Baca juga: Pasca-Kebangkrutan Silicon Valley Bank

Dilansir dari CNN, Senin (27/3/2023) berikut ini adalah beberapa pertanda yang seharusnya menjadi peringatan sebelum SVB runtuh.

1. Pertumbuhan sangat tinggi

CEO Better Markets Dennis M. Kelleher mengatakan, ketika bank tumbuh dengan cepat, ada tanda bahaya di mana-mana. Itu karena kapasitas manajemen dan sistem kepatuhan bank jarang berkembang sejalan dengan bisnis lainnya.

Menurut laporan dari Wall Street Journal dan New York Times, pada awal 2019 Federal Reserve telah memperingatkan bank tentang sistem manajemen risiko yang tidak memadai.

Baca juga: Silicon Valley Bank Bangkrut, Bank Jago Petik Pelajaran Penting

2. Uang Panas

Menurut data dari Wedbush Securities, hampir 97 persen simpanan di SVB tidak diasuransikan.

Profesor di Columbia Business School Kairong Xiao bilang, biasanya bank di Amerika Serikat membiayai 30 persen dari neraca mereka dengan simpanan yang tidak diasuransikan.

Ketika seseorang atau sebuah bisnis memiliki banyak uang yang tidak diasuransikan dalam sebuah institusi, maka dia akan cepat menarik uang itu ketika curiga bank sedang dalam masalah.

Ketergantungan SVB yang berlebihan pada simpanan ini membuat perusahaan tidak stabil. Ketika komunitas kliennya mulai khawatir dengan kelangsungan hidup bank, kepanikan jadi viral.

3. Klien

Silicon Valley Bank dikenal karena bekerja dengan perusahaan rintisan (startup) teknologi muda yang mungkin dijauhi oleh bank lain.

Saat perusahaan rintisan itu berkembang, SVB tumbuh bersama mereka. Bank juga mengelola kekayaan pribadi para pendiri start-up tersebut, yang seringkali kekurangan uang tunai karena kekayaan mereka terkait dengan ekuitas di perusahaan mereka.

"Itu terkonsentrasi pada segmen industri, dan segmen industri itu sangat sensitif terhadap suku bunga," ujar Kelleher.

Baca juga: Silicon Valley Bank Bangkrut, LPS: Tak Berpengaruh ke Perbankan Nasional


4. Manajemen risiko 101

Silicon Valley Bank memiliki proporsi yang besar sekitar 55 persen dari simpanan nasabahnya dalam treasuries jangka panjang.

Itu biasanya adalah aset yang sangat aman. SVB hampir tidak sendirian dalam memuat obligasi di era suku bunga mendekati nol.

Tapi nilai pasar obligasi itu menurun saat suku bunga naik.

Biasanya, bank melakukan lindung nilai terhadap risiko suku bunga menggunakan instrumen keuangan yang disebut swap.

Metode ini yang secara efektif menukar suku bunga tetap dengan suku bunga mengambang untuk jangka waktu tertentu untuk meminimalkan paparan terhadap kenaikan suku bunga. Sementara, SVB tampaknya tidak memiliki lindung nilai pada portofolio obligasinya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Whats New
Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Whats New
Syarat dan Cara Pinjam Uang di Pegadaian, Bisa Online Juga

Syarat dan Cara Pinjam Uang di Pegadaian, Bisa Online Juga

Earn Smart
Memenangkan Ruang di Hati Pelanggan

Memenangkan Ruang di Hati Pelanggan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com