Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bellion
KOMPAS.com - Kini, setiap orang bisa menjadi seorang pemimpin tanpa harus melihat latar belakang mereka. Semakin tingginya kesadaran masyarakat atas kesetaraan gender, turut membuat perempuan makin dipercaya sebagai pemimpin.
Salah satunya adalah Puni Ayu Anjungsari, Country Head of Corporate Affairs Citibank Indonesia. Dalam siniar Obsesif episode “Memimpin dengan Kerendahan Hati” dengan tautan akses dik.si/ObsesifPuni, ia memberikan pandangannya terhadap sosok pemimpin perempuan yang saat ini masih mendapat stigma.
Menurut Puni, meski perempuan memiliki kesempatan yang luas, tapi lingkungan yang menentukan kesuksesannya.
Pemimpin perempuan harus berhadapan dengan banyak tuntutan dan perasaan bersalah. Terlebih jika mereka memiliki peran ganda, yaitu pekerja dan ibu rumah tangga.
Kedua peran yang sama-sama penting itu membuat perempuan harus bisa membagi waktunya dengan tepat.
Ditambah lagi, mereka tentu juga harus menjaga kesehatan fisik dan mental. Namun, saat meluangkan waktu untuk kepentingan diri sendiri, banyak orang justru yang memandang negatif.
Baca juga: Kepemimpinan Karismatik untuk Meningkatkan Kinerja Tim
Padahal, itu merupakan salah satu cara agar para perempuan tetap bisa menjadi sosok yang kuat. Mereka juga perlu waktu untuk istirahat dan orang-orang di sekitarnya perlu memahami hal ini. Itulah mengapa pemimpin perempuan memiliki empati yang lebih tinggi.
“Banyak yang bilang empower each other so that women are stronger. To me, we already strong, Man,” ujar Puni.
Selain itu, pemimpin perempuan juga mendapat stereotip sulit menentukan keputusan tanpa emosi. Setiap saat perempuan akan mendapat stigma sedang PMS dan Puni harus lebih keras membuktikannya secara langsung bahwa hal itu tidak benar.
Untuk membuktikannya, Puni menerapkan gaya kepemimpinan pada anggota timnya. Pertama, ia mendorong anggota timnya untuk berpendapat dan mencoba hal baru. Sementara itu, ia akan berada di belakang dan membantu jika mereka mengalami kesulitan.
Kedua, Puni juga menantang dan mendorong anggota timnya melakukan proyek baru. Di sini, perempuan itu berharap anggota timnya bisa belajar menjadi sosok pemimpin yang lebih baik.
Ketiga, ia membuat anggota timnya saling berkolaborasi untuk menciptakan keharmonisan dalam mencapai tujuan.
Keempat, ia membangun rasa saling percaya terhadap anggota timnya. Hal ini dilakukannya dengan menerima dan berdiskusi atas setiap pendapat yang mereka utarakan. Kelima, Puni memperhatikan kesejahteraan dan kesehatan anggota timnya dan karyawan lainnya.
Dari apa yang Puni lakukan, diperlihatkan bahwa pemimpin perempuan memiliki beragam kemampuan yang minim dimiliki oleh sosok pemimpin laki-laki.