Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Farash Farich, Introvert yang Jadi CEO Mahaka X

Kompas.com - 31/03/2023, 11:09 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Mengintip kehidupan para pemimpin perusahaan sukses memang bisa memberikan inspirasi, Selain ada banyak cerita sukses yang bisa menjadi bahan pembelajaran, tentunya ada harapan ke depannya bisa mengikuti jejak sukses mereka.

Kali ini Kompas.com berkesempatan melakukan wawancara dengan Chief Executive Officer (CEO) Mahaka X Farash Farich, pria kelahiran 1981 tersebut berhasil menapaki karir sebagai CEO di usianya yang terbilang cukup muda, yakni 42 tahun.

Pencapaian Farash tentu bukan tanpa perjuangan. Dia mengaku lumayan sering berganti pekerjaan. Hal ini merupakan bagian dari upayanya mengejar kesempatan yang lebih baik.

“Kalau saya enggak ambil, itu kesempatan, itu mungkin enggak mungkin akan datang lagi,” kata Farash di kantornya, Kamis (31/3/2023).

Baca juga: Mengenal Perbedaan CEO, COO, CFO, CTO, dan CMO di Perusahaan

Sejak kecil Farash mengenyam pendidikan yang cukup disiplin. Dia bersekolah di Yayasan Katolik Tarakanita hinga SMP. Saat SMA ia melanjutkan studinya di SMA Katolik Kanisius.

Saat kecil, Farash mengaku merupakan pribadi yang cenderung tertutup atau introvert. Dia bahkan belum memimpikan dan menargetkan kedepannya akan menjadi seperti apa. Namun, layaknya anak kecil, saat itu Farash juga memiliki hobi mengoleksi dan membaca buku komik.

Kegemaran itu, ternyata juga menular ke saudara-saudaranya yang akhirnya ikut membeli buku-buku komik untuk menghabiskan waktu senggang.

“Saya itu pada dasarnya introvert dan pemalu banget di depan umum. Inisiatif ke depan, mau jadi ketua kelas itu enggak pernah kaya gitu. Saya saat itu suka baca komik Jepang, Kungfu Boy dan ngikutin juga. Koleksi juga,” lanjut dia.

Baca juga: Kisah Maryani Kembangkan Bisnis Pempek Hafish, Dulu Pinjam Modal Rp 4 Juta, Kini Omzet Rp 30 Juta

Jiwa bisnis terbangun gara-gara banyak ikuti kegiatan di kampus

Farash mengaku jiwa bisnisnya mulai terbangun kala ia tamat SMA. Saat itu, dirinya memilih untuk masuk ke jurusan ekonomi di Universitas Indonesia pada tahun 1999. Berkembang dari situ, Farash mulai banyak mengikuti berbagai kegiatan-kegiatan di kampus.

“Prestasi-prestasi saya biasa banget, dan saya bukan orang yang kuat di bidang pelajaran angka. Fakultas Ekonomi termasuk yang top di Indonesia, jadinya saya memilih UI masuk jalur UMPTN. Saya mulai ikut senat, dan ikut acara-acara besar, dan ikut juga organisasi ekonomi syariah,” ungkap dia.

Salah satu yang menurutnya paling berkesan adalah, ketertarikannya pada konsep ekonomi syariah. Farash banyak mengikuti kegiatan-kegiatan kampus yang berbau investasi, dan pengembangan konsep syariah, yang mana saat ini masih sangat jarang diketahui.

Baca juga: Kisah Sukses Pujianti Bisnis Slime Bermodal Rp 50.000, Sekarang Punya 5 Karyawan

Kagum dengan konsep ekonomi syariah

Adapun salah satu tokoh yang menjadi panutannya saat itu adalah Adiwarman A. Karim yang saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama BSI.

Menurut Farash, konsep ekonomi syariah yang dibangun Adiwarman kala itu, dilakukan secara konsisten bahkan hingga kini.

“Dia tokoh yang menginspirasi di ekonomi Islam. Dia benar-benar konsisten dari awal saat orang tidak ada yang begitu peduli (dengan ekonomi syariah) dan sekarang diterima secara masif,” ujar Farash.

Baca juga: Omzet Melesat Hingga 3 Kali Lipat Saat Pandemi, Simak Kisah Sukses Fried Chicken Geprek Gian

 

Farash menikah dengan wanita berdarah minang pada tahun 2008 dan dianugerahi dua orang anak. Penggemar masakan padang ini juga mengatakan, bercita-cita ingin menjadi investor yang sukses, baik sebagai investor melalui kepemilikan saham di pasar modal maupun sebagai investor yang mengembangkan perusahaan.

“Yang belum tercapai, at the end of the day saya ingin menjadi investor yang sukses. Karena akhirnya, arah dan passion-nya ke situ. Saya suka ngerjainnya dan pasti juga menghasilkan,” ucap dia.

“Sejauh ini yang sudah dicapai banyak. Beberapa millstone yang terus naik. Dari sisi experience, saat saya sering pindah-pindah kerja, dari situ dapat sesuatu yang saya inginkan. Yang pertama saya memang beruntung, dan kedua ini ada opportunity yang saya ambil, dan tiap tempat saya bekerja tentunya ada kontribusi dan pencapaian disitu,” tegasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com