JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank HSBC Indonesia (HSBC Indonesia) menyalurkan kredit hijau berjangka sebesar 10,3 juta dollar AS dengan jangka waktu 6 tahun kepada PT Euroasiatic Heat and Power Systems (Euroasiatic).
Kredit hijau ini akan digunakan untuk pembangkit listrik turbin gas dengan sistem pembangkitan bersama berbahan bakar gas alam atau Bio-CNG.
Sebagai catatan, Bio-CNG merupakan bentuk terbarukan dari gas alam yang diproduksi dari bahan limbah yang terurai secara alami, seperti misalnya limbah pertanian dan makanan, kotoran, limbah akhir dan limbah industri.
Baca juga: Menteri ESDM Audit Internal Ditjen Minerba Buntut Kasus Korupsi Tukin
Bio-CNG merupakan alternatif bahan bakar terbarukan yang dapat digunakan untuk kendaraan, pembangkit listrik dan sistem pemanasan.
Proyek ini juga merupakan salah satu upaya yang akan mendorong pencapaian target nol emisi pemerintah indonesia pada tahun 2060, dengan mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil dan mengurangi emisi.
Direktur PT Euroasiatic Jaya Henry Maehl mengatakan, Euroasiatic telah mengambil bagian dalam transformasi energi di sektor industri di Indonesia.
Indonesia yang semula menggunakan energi berbasis sumber energi fosil menuju sistem sumber energi terbarukan seperti misalnya bio-mass, bio-gas dan hidrogen.
Baca juga: Bapanas Tetapkan HET Beras Berdasarkan Zonasi
Euroasiatic sendiri memiliki portofolio energi dengan teknologi internasional, seperti misalnya turbin gas dari Kawasaki Jepang dan mesin gas dari Innio Jenbacher Austria.
“Kami mendukung klien di sektor industri untuk mencapai program dekarbonisasi dan tujuan keberlanjutan mereka melalui layanan rekayasa, pengadaan, konstruksi dan penyelesaian (Engineering, Procurement, Construction and Commissioning) untuk sistem pembangkit listrik dan panas dengan fokus yang kuat pada kepatuhan lingkungan dan efisiensi energi," ujar Henry dalam konferensi pers, Jumat (31/3/2023).
Sementara itu, Presiden Direktur HSBC Indonesia Francois de Maricourt, mengatakan, pengurangan ketergantungan kepada bahan bakar fosil untuk mencapai netralitas karbon membutuhkan inovasi dan juga sumber pembiayaan yang berkesinambungan.
Baca juga: Soal Impor KRL Bekas, Luhut: Instruksi Presiden Jokowi Harus Efisiensi
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.