Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kementan Pastikan Virus Demam Babi Afrika Tidak Menular ke Manusia

Kompas.com - 10/05/2023, 11:40 WIB
Elsa Catriana,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Badan Karantian Pertanian Kementan, Wisnu Wasisa Putra memastikan virus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) tidak bisa menular ke manusia.

Hal ini sekaligus merespon ditemukannya babi yang ada di Pulau Bulan, Provinsi Kepulauan Riau, Batam terinfeksi ASF oleh Badan Pangan Singapura. Imbasnya, Singapura menghentikan sementara importasi babi asal Indonesia.

"Iya, ini enggak menular (ke manusia) cuma ini penularan cepat ke sesama babi," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (10/5/2023).

Walau demikian, Wisnu menuturkan, pihaknya tetap akan menginvestigasi jalur masuknya virus demam babi Afrika pada daging babi yang ada di Batam.

Baca juga: Kementan Investigasi Jalur Masuknya Virus Demam Babi di Batam

 

Sebab, Pulau Bulan, Batam sendiri sudah ditetapkan sebagai kompartemen bebas ASF dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan Keputusan Nomor 669/KPTS/PK.320/M/11/2021 tentang Penetapan PT ITS Suaka sebagai Kompartemen Bebas dari Penyakit Demam Babi Afrika (African Swine Fever) pada Ternak Babi.

Peternakan babi di sana pun secara berkala sudah melakukan pengujian ASF yang dikirim ke Laboaratorium Veteriner Balai Veteriner Bukittinggi, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan.

"Namun karena Singapura telah menyatakan babi hidup yang dikirim dari Pulau Bulan, Kepulauan Riau, Indonesia ke Singapura ditemukan terinfeksi ASF makanya mau kita selidiki," ujarnya .

"Kita juga lagi mencari jalur masuknya virus di Pulau Bulan. Karena perusahaan sudah melakukan bius ketat tetapi masih ada ASF dan jalurnya kan banyak bisa dari alat angkut, tenaga kerja, bisa dari tamu. Kita sedang lakukan investigasi jalurnya masuk dari mana," sambung Wisnu.

Baca juga: Ancaman Flu Babi Afrika Bikin Pengusaha Panik

Sementara itu, Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa mengatakan, penyakit ini telah masuk ke Indonesia sejak 2019 silam yang diawali dari China. Penyakit ini terbilang cukup berbahaya lantaran daya bunuhnya terhadap babi hampir 100 persen dengan radius penularannya sekitar 3 kilometer.

"Kalau seberapa berbahayanya dalam konteks mortalitas terhadap babi sendiri hampir 100 persen daya bunuhnya. Kalau satu kandang itu bisa habis semua. Karena belum ada obatnya, tidak ada vaksinnya," kata Hari.

Meski cukup berbahaya, Hari menuturkan virus demam babi Afrika ini tidak akan berdampak pada kesehatan manusia.

Artinya, apabila ada masyarakat yang tak sengaja mengonsumsi daging babi yang terjangkit virus tersebut, orang tersebut akan tetap aman. Walau demikian, manusia bisa menjadi media penyebaran virus tersebut.

"Apapun itu jika hewa dipotong untuk dikonsumsi dia tidak layak dikonsumsi, tetapi seandainya ada tanpa sengaja kita konsumsi daging yang terkontaminasi, dia tidak akan menular ke manusia dan sangat aman," katanya.

"Tetapi manusia ini bisa menjadi bagian dari penyebar misialnya kita ketemu, main ke tempat saya, misal nempel di tangan, lalu ke kandang lain, babi di kandang itu jadi ikut tertular," sambung Hari.

Baca juga: Babi di Batam Terinfeksi ASF, Kemendag Sebut Tak Berdampak ke Harga Jual

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com