Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Turun karena Data Ekonomi China Melemah

Kompas.com - 17/05/2023, 07:36 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia turun tipis pada akhir perdagangan Selasa (16/5/2023) waktu New York atau Rabu pagi waktu Indonesia barat (WIB), berbalik dari penutupan perdagangan hari sebelumnya yang naik lebih dari 1 persen.

Pelemahan harga minyak dunia itu dipicu data ekonomi China yang lebih lemah dari perkiraan, mengimbangi perkiraan Badan Energi Internasional (IEA) tekait permintaan global yang lebih tinggi.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent turun 32 sen AS menjadi sebesar 74,91 dollar AS per barrel. Sementara harga minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS turun 25 sen AS menjadi ke level 70,86 dollar AS per barrel.

Baca juga: Kebakaran Hutan di Kanada Bikin Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari 1 Persen, Kok Bisa?

Data dari China, importir minyak mentah terbesar di dunia, menunjukkan bahwa output industri dan pertumbuhan penjualan ritel pada April 2023 berada di bawah perkiraan.

Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut, kehilangan momentum pemulihan ekonomi pada awal kuartal kedua tahun ini.

Kendati begitu, kenaikan 18,9 persen secara tahunan (yoy) pada throughput kilang minyak China di April 2023 ke rekor tertinggi kedua, telah membantu mempertahankan harga minyak mentah untuk tidak jatuh lebih dalam.

Baca juga: KPPU Minta Pemerintah Keluarkan Regulasi Pembayaran Utang Minyak Goreng Senilai Rp 344 Miliar


"Ada banyak kekhawatiran tentang data pada industri China, tetapi jika melihat jumlah permintaan aktual atau kilang yang berjalan, mereka hampir memecahkan rekor,” kata Phil Flynn, Analis Price Futures Group.

Menurut data Refinitiv Oil Research, dengan kondisi volume kilang minyak meningkat guna memenuhi stok jelang musim perjalanan musim panas di belahan bumi utara, impor minyak mentah oleh China pada Mei 2023 bergerak menuju 11 juta barel per hari, lebih tinggi dari April 2023 yang sebesar 10,67 juta barrel per hari.

Pasokan minyak China di penyulingan pun diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,5 persen (month to month) pada Juni 2023 mendatang, berdasarkan data yang dikumpulkan dari Wood Mackenzie.

Baca juga: Jual BBM Subsidi Tidak Tepat Sasaran, SPBU Bisa Kena Denda Rp 60 Miliar

Sementara itu, pergerakan harga minyak dunia turut dipengaruhi proyeksi IEA yang menaikkan perkiraan permintaan minyak global tahun ini sebesar 200.000 barrel per hari menjadi ke angka rekor 102 juta barrel per hari.

Naiknya permintaan itu tak lepas dari kondisi pemulihan ekonomi China di kuartal I-2023 setelah pencabutan pembatasan Covid-19. Ekonomi negara ini pulih melampaui ekspektasi di tiga bulan pertama, dengan permintaan minyak mentah mencapai 16 juta barrel per hari pada Maret 2023.

Proyeksi permintaan yang naik itu membuat harga minyak mentah dunia tidak jatuh lebih dalam.

Baca juga: Daftar Harga BBM di SPBU Seluruh Indonesia Berlaku Mei 2023

Faktor lain yang juga mendorong harga minyak yakni Departemen Energi Amerika Serikat (AS) yang bakal membeli minyak mentah sebanyak 3 juta barrel untuk pengiriman Agustus 2023 sebagai langkah untuk mulai mengisi cadangan minyak strategis (SPR).

SPR telah turun ke level terendah sejak 1983 setelah pemerintahan Joe Biden melakukan penjualan terbesar yang pernah ada dari stok darurat sebanyak 180 juta barrel di tahun lalu.

Pelepasan stok dari cadangan minyak strategis itu sebagi bagian dari strategi AS untuk menstabilkan pasar minyak yang melonjak dan memerangi harga yang tinggi setelah invasi Rusia dari Ukraina.

Baca juga: Harga BBM per 1 Mei 2023 di SPBU Pertamina, BP AKR, dan Shell

Kebijakan pengisian cadangan minyak strategis AS ini bakal memperketat stok minyak mentah di pasar global. Terlebih, pasokan minyak di Amerika Utara tergganggu akibat kondisi kebakaran hutan di Alberta, Kanada.

Kebakaran di Kanada menutup pasokan minyak mentah sedikitnya 319.000 barrel setara minyak per hari, setara 3,7 persen dari produksi minyak nasional.

Pasokan minyak global juga berpotensi semakin mengetat di paruh kedua tahun ini, lantaran Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, atau OPEC+ berencana kembali mengurangi produksinya.

Baca juga: Soal Gudang BBM AKBP Achiruddin, Pertamina: Bukan Milik Kami

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com