Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Babi di Sulawesi Mati karena Virus, Mentan SYL: Alam Membuat Semuanya Aktif Kembali

Kompas.com - 17/05/2023, 13:40 WIB
Elsa Catriana,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) buka suara ihwal ditemukannya ribuan babi yang mati akibat terserang virus African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika di Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Mentan SYL mengungkapkan, flu babi senantiasa kembali aktif meskipun sudah sempat mereda yang menurut dia kemungkinan terjadi karena faktor alam.

"Jadi flu babi itu senantiasa aktif dan disaat sekarang seluruh dunia, berbagai hama lagi, enggak tahu alam membuat semua seperti bangkit lagi kembali, flu burung, flu babi, macam-macam, yang kemarin sudah hilang muncul lagi," ujarnya kepada Kompas.com saat ditemui di Kementerian Perindustrian, Rabu (17/5/2023).

Baca juga: Ada Virus Demam Babi Afrika, Nilai Ekspor Babi ke Singapura Anjlok 52,46 Persen

Mentan SYL tak menampik bahwa flu babi bukan hanya menyerang Sulawesi saja, namun juga beberapa wilayah lain seperti Batam.

Oleh sebab itu lanjut dia, sebagai tindakan preventif Kementerian Pertanian sudah mememerintahkan jajarannya untuk mengisolasikan daerah yang terdampak.

"Bahkan intervensi vaksinya juga sudah dilakukan. Yang harus dilakukan adalah benarkan isolasi dan perketat itu dilakukan. Kemudian intervensi, bagaimana lintas-lintas daerah harus terjaga dengan baik dan penguatan karantina kita," kata SYL.

Selain itu, pihaknya juga akan menginvestigasi alur penyebarannya. Sebab menurut SYL, penyebaran virus tersebut bisa terjadi ketika diperjalanan, dibawakan oleh orang-orang, hingga dari daerah lain yang mengekspor.

Baca juga: Kementan Waspada, Virus Flu Babi Afrika Bangkit Kembali dan Serang RI

"Dan kita belum yakin betul, bisa saja penyakit itu di bawa oleh orang, bisa terkontaminasi di perjalanan, di tempat ekspor dan lain-lain. Tetapi Allhamdulilah selama ini menghadapi PMK, Indonesia termasuk neara yang tercepat bisa mengeliminasi sampai titik rendah, 90 persen lebih, katakanlah 99 persen bisa tertangani," pungkasnya.

Diberitkan sebelumnya, jumlah hewan ternak jenis Babi mati akibat terserang viris African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, terus bertambah.

Dinas Pertanian Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, mencatat sebanyak 17.105 ekor Babi yang mati dan tersebar di sejumlah kecamatan.

Dokter hewan Dinas Pertanian Luwu Timur, I Gusti Ngurah mengatakan sebanyak 9 kecamatan terserang virus ASF.

“Kecamatan terbesar yakni Tomoni Timur 8.598, Mangkutana 2102, Burau 1.928, Kalaena 1.871, dan Angkona 1.249,” kata I Gusti Ngurah saat dikonfirmasi, Rabu (17/5/2023).

Baca juga: Flu Babi Afrika Serang RI, Mentan: Kayaknya Virus Bangkit Lagi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com