Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Tergelincir Dipicu Penguatan Dollar AS

Kompas.com - 19/05/2023, 08:10 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia tergelincir sekitar 1 persen pada akhir perdagangan Kamis (18/5/2023) waktu setempat atau Jumat pagi WIB, berbalik dari hari sebelumnya yang naik lebih dari 2 persen.

Pelemahan harga minyak dunia turun setelah data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang solid mendorong penguatan dollar AS di tengah ekspektasi bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) dapat menaikkan suku bunga lagi pada Juni mendatang.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent turun 1,2 persen atau 1 dollar AS menjadi sebesar 75,98 dollar AS per barrel. Sementara harga minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS turun 1,1 persen atau 875 sen AS menjadi ke level 72,04 dollar AS per barrel.

Data ekonomi AS yang solid membuat indeks dolar AS meningkat 0,68 persen dengan menyentuh level tertinggi dalam dua bulan di 103,59 pada akhir perdagangan kemarin.

Baca juga: Wall Street Ditutup di Zona Hijau, S&P 500 Melonjak 1,5 Persen

Penguatan dollar AS itu membuat harga minyak mentah menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga membebani permintaan minyak.

Pasar saat ini optimisme terkait kesepakatan mengenai plafon utang AS untuk mencegah potensi gagal bayar. Anggota Kongres AS dari Partai Republik Kevin McCarthy menyebut, rencana menaikkan plafon utang sebesar 31,4 triliun dollar AS akan dibahas pekan depan.

Selain itu, investor juga mencermati data ekonomi yang dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan kekuatan.

Laporan hari Kamis menunjukkan, klaim pengangguran AS tercatat sebanyak 242.000 pada pekan lalu, lebih rendah dari yang diperkirakan mencapai 254.000.

Data lainnya menunjukkan penurunan yang lebih ringan dari perkiraan dalam indeks manufaktur Federal Reserve Philadelphia menjadi -10,4 di bulan Mei dari -31,3 di bulan April.

"Kabar baik bagi ekonomi sekarang menjadi berita buruk bagi prospek permintaan minyak mentah karena ketahanan ekonomi akan memaksa The Fed untuk mematikan ekonomi," kata Edward Moya, Analis Pasar Senior di Oanda.

Baca juga: Geger Malapetaka Ekonomi Global jika Amerika Serikat Gagal Bayar Utang per 1 Juni 2023

 


Presiden Dallas Federal Reserve Bank Lorie Logan mengatakan, pihaknya khawatir bahwa inflasi yang 'terlalu tinggi' belum cukup dingin untuk memungkinkan The Fed menghentikan tren kenaikan suku bunga pada bulan Juni.

Adapun kondisi suku bunga tinggi meningkatkan biaya pinjaman, yang dapat mengurangi permintaan minyak dengan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Pedagang memperkirakan sekitar 20 persen kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga pada pertemuan Juni mendatang. Padahal, sebulan yang lalu, pedagang masih memperkirakan sekitar 20 persen kemungkinan pemangkasan suku bunga.

Sementara itu, Wakil Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Luis de Guindos mengatakan, pihaknya harus terus menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk mengembalikan inflasi di kawasan euro itu ke target jangka menengahnya sebesar 2 persen, meskipun sebagian besar pengetatan telah dilakukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com