NEW YORK, KOMPAS.com - Kebijakan pengetatan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) masih berpotensi berlanjut pada pertemuan Juni mendatang. Hal ini seiring dengan positifnya sejumlah indikator perekonomian Negeri Paman Sam.
Dilansir dari CNN, tingkat konsumsi ritel mengalami kenaikan pada April, setelah dua bulan berturut-turut terkoreksi. Selain itu, klaim pengangguran menurun dari dugaan awal, dan berada di bawah rata-rata historis.
Dengan melihat data-data tersebut, 36 konsensus pasar memproyeksi The Fed bakal kembali mengerek suku bunga acuannya sebesar 0,25 persen. Padahal pada pekan kedua Mei lalu konsensus pasar yang memprediksi The Fed akan meningkatkan suku bunga acuannya hanya sebesar 16 persen.
Baca juga: Harga Emas Dunia Turun Didorong Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga AS
Pasalnya, pada awal Mei ini The Fed telah meningkatkan suku bunga acuannya menjadi 5 sampai 5,25 persen. Tingkat suku bunga acuan itu menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu 16 tahun terakhir.
Pada pengujung pekan lalu, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan, ketidakpastian akan terus berlanjut, tergantung dengan seberapa besar penurunan permintaan imbas dari pengetatan kredit serta efek kenaikan suiu bunga yang lebih lambat.
Meskipun demikian, para analis meyakini, The Fed akan menghentikan langkah kebijakan pengetatan moneternya pada pertemuan Juni. Minimnya sinyal dan persiapan menjadi salah satu alasannya.
"Tidak adanya persiapan (untuk kenaikan) merupakan sinyal dan menambah kepercayaan kami bahwa The Fed tidak akan menaikan suku bunga," tulis Evercore ISI, dikutip dari CNN, Senin (22/5/2023).
Senada, Chief Investment Officer Plante Moran Financial Advisors Jim Baird juga meyakini, The Fed menahan laju kenaikan suku bunga acuan. Namun, hal itu bukan lah suatu kepastian, sebab The Fed akan mempertimbangkan sejumlah faktor lain seperti debt ceiling AS, perkembangan situasi ekonomi, serta 'lag effect' dari pengetatan moneter.
Baca juga: Inflasi Meroket, Suku Bunga di Argentina Dekati 100 Persen
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.