JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM) menggelontorkan investasi sebesar 25 juta dollar AS sampai dengan 30 juta dollar AS yang setara dengan Rp 447 miliar (kurs Rp 14.930 per dollar AS) untuk mendukung keamanan siber.
Seperti diketahui kasus yang diduga merupakan serangan siber yang dialami oleh Bank Syariah Indonesia (BSI) beberapa waktu lalu, melumpuhkan layanan perbankan dalam beberapa hari. Hal ini tentunya sangat mengganggu nasabah yang ingin melakukan transaksi.
“Investasi yang kita keluarkan di beberapa tahun terakhir alokasinya sekitar 25-30 juta dollar AS, untuk bank Sinarmas, mencakup infrastruktur hardware, software, network, hingga database nasabah yang semuanya terkait dengan IT,” kata Direktur Bank Sinarmas Soejanto Soetjijo saat ditemui di acara WreckIT 4.0 di Jakarta, Sabtu (20/5/2023).
Soejanto mengatakan, untuk mendukung keamanan siber, pihaknya mengadopsi konsultan IT international, dengan frame work yang berlaku secara global. Kesiapan infrastruktur ini sudah dilakukan sejak tahun 2018.
“Kita memiliki satu frame work yang memang berlaku global karena kita suah menerapkan ini sejak tahun 2018, dan secara berkala tiap tahun kita lakukan audit ulang,” jalas Soejanto.
Soejanto optimis bahwa tingkat keamanan siber Bank Sinarmas, termasuk unit usaha syariah yang akan Spin Off tahun ini cukup memadai. Namun, kemanan dari sisi serangan siber akan terus ditingkatkan melalui Security Operating Center yang berjalan 24 jam.
“Kita bank yang tidak terlalu besar tapi, kita memiliki Security Operating Center tersendiri yang berjalan 24 jam. Ini tidak mudah, tidak murah, dan cukup complicated,” ujarnya.
Security Operating Center milik Bank Sinarmas juga dialokasikan dari dana investasi yang mencapai Rp 447 miliar tersebut. Dalam Security Operating Center, Bank Sinarmas melakukan perlindungan infrastruktur perbankan sesuai dengan frame work yang dibutuhkan.
Baca juga: Jurus BCA Tangkal Serangan Siber dan Kebocoran Data
“Kita sudah menerapkan satu frame work security oleh konsultan international. Kita sudah punya Security Operating Center. Kita optimis bahwa siber security sudah dibentengi oleh pertahanan yang memadai,” tegasnya.
Di lokasi yang sama, juru bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Ariandi Putra mengatakan, pihaknya menyadari pentingnya meningkatkan kesadaran risiko keamanan informasi di Indonesia serta membangun talenta keamanan siber yang kompeten.
“Keamanan itu bukan lagi sebagai pendukung tapi sebagai hal yang wajib kita penuhi apalagi di bidang usaha. Tentunya kita harus memberi kenyamanan dan keamanan bagi pelanggan,” kata Ariandi.
Ariandi mencatat insiden serangan siber di Indonesia pada 2022 mengalami penurunan dibandingkan dengan 2021. Sementara di tahun ini jumlah serangan mencapai hampir 1 miliar, sedangkan di tahun sebelumnya sebanyak 1,6 miliar.
Sebelumnya, kasus pembobolan data pada tahun 2022 yang sempat menghebohkan dunia siber adalah aksi peretasan yang dilakukan oleh Bjorka.
Baca juga: BSI Janji Jaga Data Nasabah, Satpam Siber Dikerahkan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.