Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Bawang Putih Tembus Rp 36.170 Per Kg, Satgas Pangan Ungkap Penyebabnya

Kompas.com - 25/05/2023, 17:29 WIB
Elsa Catriana,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Satgas Pangan Polri mengungkap penyebab mahalnya harga bawang putih yang saat ini sudah menyentuh di harga Rp 36.170 per kilogram (kg). Angka ini naik Rp 4.500 jika dibandingkan harga sebelumnya yakni pada 18 April yang dibanderol Rp 31.670 per kg.

Wakil Kepala Satgas Pangan Polri Helfi Assegaf mengatakan, salah satu penyebab harga bawang putih mahal berasal dari sisi transportasi. Menurut dia, mahalnya biaya transportasi bisa membuat pengusaha atau pedagang bawang merogoh kocek lebih dalam untuk biaya BBM.

"Kenapa BBM-nya? BBM (Subsidi) sudah tepat tapi ada penyimpangan ada yang lari ke pengusaha tambang, ke perkebunan, sehingga di SPBU yang seharusnya untuk transportir tapi karena langka dan harga naik otomatis cost transportasi naik dan ini mempengaruhi harga pokok penjualan (HPP), harga produksi meningkat," ujarnya dalam diskusi publik Pusbarindo Carut Marut Tata Niaga Impor Bawang di Jakarta, Kamis (25/5/2023).

Baca juga: Kemendag Klaim Harga Bawang Putih Sudah Turun

Selain transportasi darat, menurut Helfi, transportasi laut juga berpengaruh lantaran adanya kendala cuaca yang sangat mengganggu jalur pendistribusian. Hal ini pun banyak dirasakan oleh para pelaku usaha di wilayah timur.

"Produsen distribusi dari pusat kota ke Jayapura untuk distribusi ke daerah-daerah wilayahnya sangat sulit sehingga market naik 3 kali lipat sampai 4 kali lipat di sana. Ini jadi kendala juga dan dua faktor ini sangat berpengaruh pada harga," kata Helfi. 

Helfi menilai secara umum naiknya harga bawang putih merupakan bagian dari hukum ekonomi karena ketika penawaran dan permintaan tidak sebanding, harga cenderung naik.

Belum lagi, menurut Helfi, ada dugaan penimbunan saat distribusi bawang putih berjalan.

Baca juga: Permintaan Melonjak Jadi Penyebab Harga Bawang Merah Naik


"Barang itu harusnya didistribusikan ke end user atau ke konsumen, ke distributor atau pedagang tapi malah ditimbun. Sehingga barang disatu tempat langka, karena langka barang naik," jelasnya. 

Oleh sebab itu menurut dia, semua pemangku kepentingan harus berkolaborasi dalam menekan mahalnya harga bawang putih. Ia mengaku pihaknya sudah bekerja keras untuk mengawasi semua titik pendistribusian mulai dari pengusaha, distributor, hingga konsumen.

"Impor yang dibutuhkan Indonesia bukan sedikit, ratusan ribu ton, beras jutaan ton. Sehingga ini titik kerawanan yang harus diawasi bukan hanya saya tapi juga KPPU dari hulu dan hilir. Bawang putih kebutuhan kita cukup besar sedangkan produksi kita hanya 5 persen, sisanya impor," pungkasnya.

Baca juga: Defisit Bawang Putih yang Tak Pernah Digubris

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com