Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Dedolarisasi, "Greenback" Tetap Dinilai Mata Uang Paling Stabil

Kompas.com - 26/05/2023, 14:58 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gerakan dedolarisasi atau upaya menggantikan dollar AS atau greenback sebagai mata uang pembayaran suatu transaksi tengah ramai dilakukan oleh berbagai negara, baik secara bilateral maupun multilateral. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan suatu negara terhadap dollar AS.

Meskipun demikian, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, dollar AS merupakan mata uang yang paling stabil. Hal ini terlihat dari historis yang menunjukkan, sejumlah mata uang yang diprediksi menggantikan dominasi dollar AS justru akhirnya gagal.

"Kita ingat dulu waktu zaman Jepang ekonomi yang menguat tahun 70-an orang bilang sebentar lagi yen menggantikan dollar, ternyata enggak kejadian," ujar dia dalam konferensi pers, Jumat (26/5/2023).

Baca juga: Tantangan dan Peluang Indonesia Lakukan Dedolarisasi dan Gabung BRICS

"Kemudian pas euro bangkit dan dibilang akan menggantikan dollar ternyata enggak juga, waktu China tumbuh kuat isunya tumbuh lagi yuan akan gantikan dollar ternyata enggak juga," tambah Purbaya.

Terkait dengan langkah dedolarisasi yang tengah digaungkan oleh berbagai pihak, Purbaya mengakui akan ada gejolak terhadap pasar keuangan dalam jangka pendek.

Akan tetapi, beragam insentif yang ditawarkan oleh Negeri Paman Sam terhadap instrumen pasar keuangannya akan kembali menarik minat investor.

"Sampai sekarang belum ada yang lebih stabil dibanding dollar AS," kata Purbaya.

Baca juga: Dollar AS Menguat di Tengah Isu Debt Ceiling, Gubernur BI: Ini Sebuah Anomali


Stabilnya dollar AS juga terefleksikan dari kegiatan investasi di pasar mata uang dollar AS. Data LPS menunjukkan, pertumbuhan simpanan dollar AS di dalam negeri masih positif, sehingga mendukung pasokan mata uang tersebut.

Menurut Purbaya, langkah dedolarisasi dengan memanfaatkan suatu mata uang tertentu membutuhkan jangka waktu yang lama. Pasalnya, membuat mata uang yang kredibel tidak bisa dalam jangka waktu pendek.

"Apalagi kalau banyak negara, (akan) ada persaingan politik," ucapnya.

Baca juga: Tinggalkan Dollar AS Jadi Strategi BI Perkuat Stabilitas Rupiah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com