Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komisi VII DPR Minta Shell Segera Lepas Blok Masela ke Pertamina

Kompas.com - 27/05/2023, 19:30 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Proyek gas "abadi", Blok Masela, kembali menjadi sorotan. Hal ini tidak terlepas dari tak kunjung usainya proses divestasi saham yang digenggam Shell ke PT Pertamina (Persero).

Pertamina menjadi salah satu perusahaan yang berminat mengambil alih saham partisipasi pengelolaan Blok Masela 35 persen yang dimiliki oleh Shell. Minat itu disampaikan setelah Shell menyatakan mundur sejak 2019.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno menegaskan, divestasi saham partisipasi Blok Masella dari Shell menjadi sangat penting untuk segera diselesaikan. Pasalnya, blok tersebut menjadi sangat strategis bagi para pihak terkait.

Baca juga: Menteri ESDM Geram Shell Ogah Lepas Blok Masela

Menurutnya, pembahasan pelepasan saham antara Shell dengan Pertamina sudah berlangsung lama. Hal ini tidak terlepas dari belum ditemukannya titik kespekatan terkait harga divestasi.

"Kami mendengar, negoisasi itu telah berjalan dan ada perkembangan-perkembangan. Tapi tentu kami membutuhkan penyelesaian yang cepat," tutur dia kepada Kompas.com, Sabtu (27/5/2023).

"Agar proses pengembangan Blok Abadi Masela dapat berjalan dengan cepat," tambahnya.

Baca juga: Pemerintah Kecewa dengan Shell karena Lambatnya Proses Pelepasan Blok Masela


Lebih lanjut ia menegaskan, DPR berkomitmen untuk mendukung segala bentuk percepatan proses divestasi dari sisi regulasi. Selain itu, DPR juga disebut akan terus memantau dan mengawal perkembangan negoisasi terkait pelepasan saham Blok Masela.

"Ini merupakan salah satu komitmen kita mengingat Blok Masela merupakan blok yang sangat strategis, yang akan dikembangkan Inpex dan investor lainnya," ucap dia.

Pemerintah geram

Sebagai informasi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengaku geram terhadap Shell karena tak kunjung melepas hak partisipasinya (pariticipating interest/PI) di Blok Masela. Saat ini tahapannya masih berkutat negosiasi antara Shell dan Pertamina.

Baca juga: Soal Blok Masela, Pertamina Akan Ambil Keputusan Bulan Depan

Arifin pun mengaku Indonesia sangat dirugikan karena alotnya proses negosiasi, sehingga proyek gas di Blok Masel tak kunjung digarap.

"Sekarang ini yang merasa dirugikan ya Indonesia, kita enggak mau hal ini terjadi. Inpex itu ada kesungguhannya, tapi enggak tahu Shell ini udah mundur tapi enggak bertanggung jawab (soal Blok Masela)," ungkapnya saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (26/5/2023).

Ia mengaku heran dengan sikap perusahaan migas raksasa asal Belanda itu yang tak kunjung melepas 35 persen sahamnya untuk bisa diambil oleh Pertamina.

"Ada apa sih? Harusnya kalau udah enggak mau, ya sudah saja kan. Nanti kita akan telaah secara hukum, kita akan tuntut hak kita," kata dia.

Baca juga: Jokowi Targetkan Blok Masela Berproduksi Tahun 2027

Arifin menyatakan pemerintah bakal mengambil langkah tegas untuk membuat proyek gas tersebut segera berjalan. Ia bilang, jika hingga 2024 tidak ada pengembangan apapun diproyek itu, maka negara akan mengambil alih.

Sebab proses divestasi ini sudah terlampau lama yakni dimulai sejak 2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com