Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Digital Asia Tenggara Bisa Capai 1 Triliun Dollar AS, Ini Rintangannya

Kompas.com - 01/06/2023, 18:12 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonomi digital di Asia Tenggara dinilai mempunyai banyak potensi pertumbuhan. Hal tersebut ditopang oleh 460 juta konsumen digital, populasi muda yang melek teknologi, dan penetrasi internet yang meningkat.

Ekonomi digital di 6 negara Asia Tenggara, (ASEAN 6) yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam diproyeksikan tumbuh 6 persen setiap tahun.

Laporan e-Conomy SEA 2022 terbaru yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company memperkirakan pasar ekonomi digital pada 2030 bisa mencapai 1 triliun dollar AS atau sekitar Rp 15.000 triliun (kurs Rp 15.000 per dollar AS).

Baca juga: Nilai Ekonomi Digital 2022 Capai 77 Miliar Dollar AS, Airlangga: Pemerintah Siap Dukung Infrastrukur Digital

Meskipun demikian, analis riset dari S. Rajaratnam School of International Studies, lembaga think-tank Nanyang Technological University, Antony Toh mengatakan, terdapat hambatan untuk bisa mencapai potensi tersebut.

Kesenjangan perkotaan dan pedesaan sampai literasi digital yang rendah disebut dapat menghambat pertumbuhan ekonomi digital.

"Ekonomi digital ASEAN berkembang, tetapi ada kesenjangan digital," ujar dia dilansir dari CNBC, Kamis (1/6/2023).

Ia menyebut, Singapura merupakan anggota ASEAN yang paling terdigitalisasi. Sementara, Malaysia, Indonesia, Brunei, Thailand, dan Vietnam cenderung kurang di beberapa indikator.

Adapun, Myanmar, Laos, dan Kamboja cenderung kurang prospek digitalisasinya.

Indikator untuk mengukur tingkat digitalisasi suatu negara melingkupi perlindungan data dan keamanan siber, pembayaran digital, ketrampilan digital, inovasi, kewirausahaan, dan kesiapan infrastruktur.

"Myanmar akan tertinggal lebih jauh dari semua negara ASEAN lainnya," imbuh Antony.

Sementara itu, Asia Tenggara memiliki tingkat kesenjangan perkotaan dan pedesaan yang tinggi.

Selain Singapura, Malaysia, dan Brunei, negara-negara Asia Tenggara memiliki lebih dari 40 persen populasi di desa.

Baca juga: Ini Langkah yang Diambil IndiHome untuk Maksimalkan Potensi Ekonomi Digital Nasional

Mitra pengelola di firma modal ventura Quest Ventures James Tan mengatakan, Indonesia memiliki penetrasi internet yang cepat setiap tahun, tapi masih mengalami kesenjangan perkotaan-pedesaan.

"Pesatnya perkembangan teknologi digital menimbulkan risiko tertinggalnya sebagian masyarakat pedesaan," ujar dia.

Sementara, Peneliti Portulans Instituter Kenddrick Chan mengungkapkan, masyarakat Asia Tenggara tidak kekurangan ponsel. Masalah utamanya adalah penggunaan ponsel didominasi media sosial.

"Mereka mungkin tidak mengakses web browser. Cara mereka menggunakan internet selalu melalui Facebook, Instagram, TikTok. Untuk itu membawa mereka ke seluruh ekonomi digital membutuhkan lebih banyak literasi," ungkap dia.

Baca juga: Nilai Ekonomi Digital Diproyeksi 130 Miliar Dollar AS pada 2025, Kemendag Targetkan Digitalisasi 1.000 Pasar Per tahun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com