Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bellion
KOMPAS.com - Lingkungan kerja yang sehat dan ideal adalah impian semua pekerja. Akan tetapi, tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan untuk merasakannya. Hal ini disebabkan perbedaan peraturan yang dimiliki tiap perusahaan.
Meski begitu, Miranti Kemala, Country Director Viventis Search Asia, dalam siniar Obsesif episode “Miranti Kemala: Anak muda kreatif, yakin bisa komit?” dengan tautan dik.si/ObsesifMiranti, mengungkapkan bahwa standar ideal ditentukan oleh masing-masing pekerja.
Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk dapat menjadi karyawan ideal di perusahaan:
Menurut Miranti, kita tak bisa memaksakan standar ideal ke setiap orang. Pasalnya, tiap industri pasti memiliki peraturannya masing-masing yang dijalankan oleh orang dan budaya yang berbeda. Budaya sendiri diciptakan dari perilaku orang-orang yang menjalankan pekerjaan tersebut.
Itu sebabnya, penting memiliki kesamaan nilai dengan perusahaan yang dituju. Hal ini berguna agar pekerja mampu mengikuti aturan perusahaan serta kewajiban yang harus dijalankan. Di sisi lain, banyak pekerja yang sering kali melupakan hal ini sehingga kita yang kerap diasosiasikan tidak ideal.
Baca juga: Mengenal Beda Dampak Inflasi dan Resesi Ekonomi
Misalnya, perusahaan memiliki aturan wajib menggunakan kemeja. Akan tetapi, ada pekerja yang enggan menggunakannya. Artinya, pekerja tersebut tidak cocok dengan budaya perusahaan. Untuk menghindarinya, kita harus riset bagaimana budaya perusahaan tersebut agar sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Menjadi pekerja yang adaptif dan relevan sangat diperlukan di masa yang penuh dinamika ini. Semakin berkembangnya zaman, semakin meningkat pula kesulitan hidup setiap orang. Hal ini tentu akan berefek pada keberlangsungan karier kita.
Penting untuk mempunyai kekhawatiran apakah kemampuan yang kita miliki masih relevan untuk beberapa tahun ke depan. Sebagai pekerja, kita juga perlu waspada dan mengubah pola pikir jika ke depannya menghadapi situasi semacam ini. Bahkan, ada beberapa pekerjaan yang terancam punah, seperti kasir hingga teller bank.
Perubahan pola pikir ini perlu disadari oleh diri sendiri serta perusahaan. Perusahaan dapat membantu pekerja untuk memfasilitasi pengembangan karier mereka dengan melibatkan mereka pada proyek baru atau pelatihan tertentu.
Tak hanya itu, pekerja juga perlu memiliki sikap terbuka, mau berusaha berkembang, mampu bekerja sama, dan siap menghadapi perubahan. Sikap-sikap tersebut penting dimiliki karena komitmen untuk mencapai tujuan hidup harus berasal dari niat dalam diri.
Dalam memberdayakan anggota timnya, Miranti mengaku sangat terbuka jika diminta memberikan arahan, memberikan ruang, hingga memfasilitasinya. Perempuan ini melarang anggota timnya untuk mengajukan protes sebelum mencoba.
Pasalnya, protes merupakan implementasi dari pikiran negatif kita yang belum tentu terjadi. Sering kali hal inilah yang membatasi diri kita untuk berkembang. Sementara itu, jika selalu dipaksa mengerjakan proyek yang tidak disuka, kita jadi mudah burnout.
Untuk meminimalisirnya, kita bisa berkomunikasi dengan team leader. Miranti pun memberikan beberapa opsi komunikasi. Pertama adalah komunikasi terbuka yang ditandai dengan mau menurunkan ego untuk mendengarkan.
Menurutnya, orang-orang cenderung mendengarkan untuk merespons daripada memahami. Hal ini yang membuat proses mendengarkan menjadi tidak maksimal sehingga akar masalahnya tak terselesaikan.
Baca juga: Kiat Menciptakan Ekosistem Kerja yang Kuat