Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OJK Sebut Perpanjangan Plafon Utang AS Tidak Berdampak Besar bagi RI

Kompas.com - 07/06/2023, 11:30 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan, rencana pemerintah AS untuk memperpanjang periode plafon utang hingga 2025 dinilai tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap Indonesia.

"Mengingat jumlah kepemilikan dari obligasi pemerintah AS oleh sektor keuangan Indonesia relatif sangat kecil senilai Rp 34 triliun yang jatuh tempo dalam setahun itu Rp 27 triliun, maka diperkirakan tidak akan memberikan dampak berarti," kata Mahendra secara virtual Selasa (6/6/2023).

Sebagai informasi, Senat AS pada Kamis (1/5/2023) malam memutuskan kewenangan peminjaman akan diperpanjang hingga 2 Januari 2025, atau dengan kata lain dua bulan setelah Pilpres 2024. Perpanjangan tersebut diharapkan mampu mengurangi ketidakpastian global yang terjadi saat ini.

Baca juga: Ditopang Optimisme Plafon Utang AS, Nasdaq dan S&P 500 Ditutup Pada Level Tertinggi

"Terkait batas atas itu, kami melakukan pemantauan secara ketat atas apa yg terjadi. Kita mengetahui perkembangan akan hal itu, yang membawa kelegaan bagi sistem keuangan dunia," kata Mahendra.

Mahendra melanjutkan, beberapa negara yang memiliki jumlah obligasi pemerintah dengan nilai sangat besar dikhawatirkan akan menimbulkan dampak di sektor keuangan global, seperti di Jepang, China, hingga Inggris.

Selain itu, kebijakan perpanjangan plafon utang AS itu juga dinilai tidak akan mengganggu kelangsungan tahun politik pada 2024. Di sisi lain, pembahasan plafon utang "last minutes" bukan pertama kalinya terjadi, dan selalu disepakati, sehingga sekalipun AS belum pernah masuk ke posisi gagal bayar atau default.

Baca juga: Wall Street Hijau berkat Kesepakatan Plafon Utang AS


"Dari kaca mata itu, kita tidak perlu mengalami pengulangan episode, dan pembahasan last minutes ini sudah berkali-kali terjadi di AS, dan selalu disepakati. Tidak pernah terjadi default dari surat utang itu, " ungkapnya.

Mahendra menegaskan, pihaknya akan terus mencerna dan mencermati dinamika global yang terjadi. Terutama, dampak dan risikonya bagi sistem keuangan di RI.

"Belajar dari pengalaman ini, kita akan terus mencermati pengalaman, dan kepemilikan dari surat utang AS, dan bagaimana risiko, serta dampak ke sistem keuangan di Indonesia, " tegas dia.

Baca juga: Soal Plafon Utang AS, Biden: Kabar Baik...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Pastikan Kelancaran Proses Seleksi CASN, BKN Sediakan 3 Layanan Helpdesk

Pastikan Kelancaran Proses Seleksi CASN, BKN Sediakan 3 Layanan Helpdesk

Whats New
Segini, Modal Buka Usaha Keripik Singkong

Segini, Modal Buka Usaha Keripik Singkong

Smartpreneur
Tanpa Uang Muka, Gen Z Sekarang Bisa Cicil Rumah Lewat BTN

Tanpa Uang Muka, Gen Z Sekarang Bisa Cicil Rumah Lewat BTN

Whats New
Wall Street Berakhir Merah, Kekhawatiran Suku Bunga Tinggi Jadi Sebabnya

Wall Street Berakhir Merah, Kekhawatiran Suku Bunga Tinggi Jadi Sebabnya

Whats New
China Setop Ekspor Dua Komoditas Bahan Baku Cip Komputer dan Panel Surya

China Setop Ekspor Dua Komoditas Bahan Baku Cip Komputer dan Panel Surya

Whats New
Pemerintah Pilih Whoosh untuk Nama Kereta Cepat RI, Ini Maknanya

Pemerintah Pilih Whoosh untuk Nama Kereta Cepat RI, Ini Maknanya

Whats New
BI Buka-bukaan Dampak Krisis Properti China ke Perekonomian

BI Buka-bukaan Dampak Krisis Properti China ke Perekonomian

Whats New
Ada Kazakhstan dan UEA, Otorita IKN Sudah Terima Lebih dari 290 Surat Minat Investasi

Ada Kazakhstan dan UEA, Otorita IKN Sudah Terima Lebih dari 290 Surat Minat Investasi

Whats New
Hitungan Cicilan Pinjol dengan Biaya Pinjaman 0,4 Persen dalam Berbagai Tenor

Hitungan Cicilan Pinjol dengan Biaya Pinjaman 0,4 Persen dalam Berbagai Tenor

Whats New
[POPULER MONEY ] OJK Perintahkan AdaKami Buka Kanal Aduan | Soal Rupiah Mutilasi, BI: Itu Hoaks!

[POPULER MONEY ] OJK Perintahkan AdaKami Buka Kanal Aduan | Soal Rupiah Mutilasi, BI: Itu Hoaks!

Whats New
Teten: Mana Bisa Menteri Koperasi Tutup TikTok

Teten: Mana Bisa Menteri Koperasi Tutup TikTok

Whats New
Kenapa Jonan Dulu Keberatan dengan Proyek Kereta Cepat?

Kenapa Jonan Dulu Keberatan dengan Proyek Kereta Cepat?

Whats New
Ironi Kereta Cepat: Diklaim B to B, Tapi Minta Jaminan Pemerintah dan APBN

Ironi Kereta Cepat: Diklaim B to B, Tapi Minta Jaminan Pemerintah dan APBN

Whats New
Genjot Produksi, Pupuk Indonesia Grup Amankan Pasokan Gas dari 5 Perusahaan Migas

Genjot Produksi, Pupuk Indonesia Grup Amankan Pasokan Gas dari 5 Perusahaan Migas

Whats New
Viral 1 Penduduk RI Tanggung Utang Pemerintah Rp 28 Juta, Ini Kata Kemenkeu

Viral 1 Penduduk RI Tanggung Utang Pemerintah Rp 28 Juta, Ini Kata Kemenkeu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com