Oleh: Frangky Selamat*
SORE yang cerah awal bulan Juni. Bangunan megah dengan pintu lobi yang besar seolah siap menyambut pengunjung datang.
Namun tak banyak pengunjung yang hadir di mal itu. Padahal ini adalah hari Sabtu menjelang malam Minggu. Hari di mana banyak orang terutama kawula muda bercengkerama menghabiskan waktunya di mal.
Sejumlah pengelola mal di kota besar seperti di kawasan Jabodetabek mengaku kekurangan pengunjung. Sempat tutup dua bulan pada 2020 karena pandemi dan kini berangsur normal kembali, ternyata tidak mengubah keadaan.
Jika ada yang mengatakan bahwa perilaku pengunjung telah berubah, tidak selamanya tepat. Memang terdapat perubahan perilaku berbelanja konsumen yang kini mengintegrasikan aktivitas, antara onsite, online, dan mobile.
Pengunjung datang ke toko untuk melihat atau mencoba barang secara langsung setelah sebelumnya melihat di website, kemudian bertransaksi secara mobile karena dirasa lebih praktis, dan menunggu barang diantar esok harinya di rumah.
Keberadaan toko fisik masih dibutuhkan hingga saat ini, bahkan menjadi satu-kesatuan dengan toko daring. Konsumen memanfaatkan secara bersamaan.
Selain berbelanja, sebagian pengunjung datang ke mal hanya untuk jalan-jalan atau window shopping dan bersosialiasi dengan anggota keluarga dan kolega.
Ketakutan pengelola mal bahwa perilaku ini akan berubah, nyatanya tidak terbukti.
Di kota-kota besar perilaku ini kembali ke sedia kala. Tempat-tempat di dalam mal yang memfasilitasi pengunjung untuk hang out tentu akan menjadi incaran.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.