Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalla Group Pasok Listrik di Sulawesi

Kompas.com - 26/02/2013, 17:00 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kalla Group akan segera meresmikan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso pada Maret 2013 mendatang. Pasokan ini akan mencukupi kebutuhan listrik di Sulawesi.

Direktur Pengembangan Bisnis Kalla Group Solihin Kalla menjelaskan komitmen tersebut dilakukan oleh PT Poso Energy yang dibangun di tiga tempat. Yakni PLTA Poso I dengan kapasitas 60 megawatt (MW), PLTA Poso II (195 MW), dan PLTA Poso III (320 MW).

"PLTA yang sudah selesai bahkan sudah beroperasi dan menyalurkan listrik ke Sulawesi Selatan tahun ini adalah PLTA Poso II dengan memakan biaya sekitar Rp 4 triliun," kata Solihin dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (26/2/2013).

Danau Poso yang menjadi sumber air memiliki ketinggian 500 mdpl dengan luas kurang lebih 32 ribu hektar. Sungai Poso yang mengalir dari danau ini membentang membelah pegunungan Poso dengan panjang kurang lebih 200 km dan memiliki ketinggian 350 mdpl dengan debit rata-rata tahunan adalah 148,2 m3/dtk.

Dengan keunggulan seperti ini, sungai tersebut dapat dimanfaatkan di tiga titik sehingga PLTA Poso memiliki tiga tahap (PLTA I, II, III). Adapun PLTA Poso I direncanakan rampung pada 2016 dan PLTA Poso III pada 2018. Kalla Group menargetkan PLTA Poso akan mampu memenuhi kebutuhan listrik di kawasan Sulawesi.

"Setiap tahunnya, kebutuhan listrik untuk wilayah Sulawesi terus meningkat rata-rata 20 persen," tambahnya.

Menurut data PLN hingga tahun 2015, kebutuhan listrik untuk Propinsi Sulawesi Tengah mencapai 205,35 MW. Sementara daya terpasang saat ini masih sangat sedikit, yakni hanya sebanyak 103.172 kW. "Diharapkan dengan hadirnya PT Poso Energy, kebutuhan listrik untuk wilayah Sulawesi, khususnya Sulawesi Tengah, dapat terpenuhi. Sulawesi Selatan sendiri merupakan satu-satunya provinsi yang surplus listrik karena adanya PLTA Poso dan beberapa pembangkit baru lainnya," katanya.

Pengoperasian PLTA Poso juga turut berkontribusi terhadap penghematan anggaran negara. Ongkos listrik per Kwh dengan memakai diesel sekitar Rp 3.600 dan hanya dijual Rp 700-800 sehingga pemerintah mengalami kerugian yang sangat besar. Sedangkan harga listrik yang dijual dari PLTA Poso kepada PLN sekitar Rp 700-800 per Kwh sehingga pemerintah tak perlu lagi mengalami kerugian yang harus menyubsidi solar. Adapun subsidi pemerintah untuk listrik saat ini mencapai Rp 92 triliun.

Direktur PT Poso Energy Achmad Kalla menambahkan satu hal yang paling membanggakan, proyek PLTA Poso ini sepenuhnya dikerjakan oleh sumber daya lokal dan tidak melibatkan tenaga asing. Engineering dan konstruksi semua dikerjakan oleh anak perusahaan Kalla Group seperti PT Bukaka Teknik Utama, PT Indonesia Harapan Masa dan PT Bumi Karsa.

"Ini sebuah pembuktian bahwa Indonesia mampu dan percaya diri untuk membangun sebuah infrastruktur dengan tenaga sendiri tanpa bantuan asing," kata Achmad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com