Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Telkom Gagal Jadi Operator di Myanmar

Kompas.com - 12/04/2013, 13:25 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) gagal menjadi salah satu operator di Myanmar. Padahal Telkom baru masuk tahap prakualifikasi tender lisensi seluler tersebut.

Operation Vice President Public Relations Telkom Arif Prabowo mengatakan, Myanmar telah mengumumkan hasil pra kualifikasi tender lisensi seluler tersebut. Telkom tidak termasuk di dalam shortlisted bidder.

"Pada tender lisensi seluler, Telkom sebenarnya telah memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan oleh komite tender. Namun, adanya perbedaan persepsi atas salah satu persyaratan, maka membatasi partisipasi Telkom," kata Arif dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (12/4/2013).

Arif mengatakan, meski tidak berhasil masuk dalam shortlisted bidder tender lisensi seluler di Myanmar, peluang Telkom untuk masuk bisnis information, communication and telecommunication (ICT) sangat besar. Khususnya bisnis dengan risiko lebih rendah, return yang lebih cepat, dan value yang lebih tinggi, seperti bisnis digital media dan solusi ICT yang dibutuhkan pengusaha usaha kecil menengah (UKM) dan korporasi.

Kesiapan Telkom menggarap layanan ICT di Myanmar merupakan bagian dari rencana ekspansi internasional yang sudah dicanangkan. Hingga saat ini, Telkom telah berhasil melakukan ekspansi ke Hongkong, Timor Leste, Singapura, Australia, dan Malaysia.

"Telkom memprogramkan ekspansi bisnis ke 10 negara, lima di antaranya sudah diwujudkan, sementara lima negara lainnya sedang diupayakan," ungkapnya.

Seperti diberitakan, Kantor berita India, PTI, seperti dikutip dari situs Business Standard India, Kamis malam, menyebutkan bahwa Telkom tidak masuk dalam daftar 12 peserta tender yang masuk ke babak evaluasi terakhir.

Kementerian Komunikasi, Pos, dan Telekomunikasi Myanmar mengumumkan, kedua belas peserta tender yang lolos adalah konsorsium Bharti Airtel, Konsorsium Vodafone dan China Mobile, Telenor, SingTel, Axiata, Konsorsium MTN , Bermuda Digicel, France Telecom, Qatar Telecommunications, Millicom International, Viettel Group, dan KDDI Corporation.

Telkom Indonesia yang menggandeng Myanmar Telecom operator milik pemerintah negara itu sebelumnya masuk dalam 23 peserta yang lolos, tetapi gagal untuk maju ke babak berikutnya.

Menurut catatan, tahapan seleksi selanjutnya adalah Aanwijzing (pemberian penjelasan) yang dilakukan pada 29 April 2013, dan selanjutnya pengumuman pemenang dilakukan pada 27 Juni 2013. Diketahui, di Myanmar terdapat dua pemain lokal, yakni Myanmar Post and Telecommunications (MPT) berbasis 2G dan 3G yang dimiliki negara, dan Yatanarpon Teleport yang merupakan perusahaan penyedia jasa interntet atau internet service provider (ISP).

Nilai pasar seluler di Myanmar diperkirakan mencapai 23 miliar dollar AS atau setara dengan sekitar Rp 223,3 triliun. Tingginya prospek bisnis seluler di negara itu karena penetrasi masih rendah dan jumlah operator yang masih sedikit. Saat ini, harga kartu seluler perdana di negara yang sebelumnya bernama Burma ini bisa mencapai sekitar Rp 2 juta per unit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com