Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PERBANKAN

Indonesia Menggiurkan!

Kompas.com - 13/05/2013, 07:34 WIB

KOMPAS.com - Pekan lalu, muncul berita resmi mengenai pembelian saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk oleh Sumitomo Mitsui Banking Corporation. Penjelasan resmi BTPN kepada Bursa Efek Indonesia melalui keterbukaan informasi, telah mengonfirmasi rumor yang muncul beberapa bulan sebelumnya.

Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) membeli 24,26 persen saham Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN). Meski bukan sebagai pemegang saham pengendali, tetapi SMBC bisa ikut terjun dalam bisnis BTPN di sini. Kemudian, seperti yang dikemukakan SMBC, bisa jadi mengadopsi bisnis itu untuk dibawa ke negara lain yang sudah lebih dahulu dimasuki SMBC.

Ketika akuisisi itu terealisasi, sejumlah pertanyaan muncul. Ada apa dengan bank di Indonesia sehingga institusi keuangan yang berbasis di Jepang tertarik? Dalam skala lebih khusus, ada apa dengan BTPN sehingga institusi keuangan yang sudah memiliki bank di Indonesia–yakni Sumitomo Mitsui Indonesia- pun tertarik memiliki sahamnya?

Mari kita bicara tentang Indonesia dan potensinya. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk sekitar 240 juta. Jumlah itu banyak? Tentu saja. Penduduk nomor empat di dunia.

Dengan jumlah masyarakat kelas menengah yang terus meningkat, posisi Indonesia semakin menggiurkan. Bayangkan saja, semakin banyak uang di genggaman tangan atau semakin tinggi jabatan seseorang, tentu perlu simbol status.

Dari sisi barang konsumsi, misalnya. Semakin tinggi pendapatan seseorang, umumnya tak cukup makan menu pokok dan produk lokal. Keinginan membeli produk impor meningkat, disamping kebutuhan makanan ikutan yang sebelumnya tak pernah terpikir saat pendapatan belum setinggi saat ini.

Namun, dari sisi perbankan seperti BTPN, keunikannya lah yang membuat SMBC tertarik. BTPN selama ini fokus pada pembiayaan pensiunan dan masyarakat berpenghasilan rendah, tetapi produktif. Bisa dibilang, kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah.

Dari hitungan Bank Dunia, ada sekitar 50 persen masyarakat Indonesia yang belum tersentuh akses perbankan. Dari sisi usaha mikro, kecil, dan menengah yang jumlahnya di Indonesia sekitar 52 juta orang, masih banyak yang belum bersentuhan dengan institusi keuangan bank.

Artinya, pasar untuk kelompok UMKM terbuka luas. Apalagi, Bank Indonesia sudah menerbitkan aturan agar setiap bank di Indonesia harus menyediakan porsi 20 persen dari kreditnya untuk sektor UMKM pada tahun 2018.

Angka-angka itu menjadi gambaran besarnya peluang yang bisa dimanfaatkan. Meskipun, bank harus mengeluarkan usaha yang lebih keras untuk membidik pasar UMKM ini. Misalnya, mendatangi calon nasabah ke lokasi usaha mereka. Akibatnya, biaya yang diperlukan sedikit lebih tinggi.

Besarnya potensi ini membuat UMKM-terutama di Indonesia-terlihat menarik. Kendati agak terlambat sadar, kini bank-bank yang beroperasi di Indonesia mulai ramai-ramai melirik pasar UMKM yang cukup berpotensi ini.

Bagaimana menggarap pasar yang terbuka luas ini? Mengutip pendapat presiden direktur sebuah bank swasta ternama di Indonesia : Saya akan konsentrasi di Indonesia, yang pasarnya masih sangat luas ini. Jangan sampai, pasar ini justru dimanfaatkan bank-bank asing.

Nah! (dewi indriastuti)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com