Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Mau Tinggal di Rumah Dinas, PM Jepang Diteror Hantu?

Kompas.com - 24/05/2013, 20:01 WIB
Bambang Priyo Jatmiko

Penulis

TOKYO, KOMPAS.com — Pemerintah Jepang pada Jumat (24/5/2013) menepis kabar yang beredar dalam beberapa bulan belakangan bahwa Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe —yang identik dengan kebijakan ekonomi Abenomics— enggan pindah ke rumah dinasnya karena rumah itu berhantu.

Shinzo Abe menduduki jabatan perdana menteri sejak Desember 2012, tetapi hingga saat ini belum pindah ke rumah dinasnya. Sebagai gambaran, rumah itu terbuat dari bata dan memiliki 11 kamar di wilayah utara Tokyo.

Beberapa perdana menteri sebelumnya dilaporkan pernah berjumpa dengan hantu di rumah mewah itu. Rumah tersebut juga menjadi saksi bisu atas upaya dua kudeta berdarah yang gagal pada tahun 1930-an. Beberapa ibu negara juga menolak tinggal di rumah tersebut karena takut ada arwah gentayangan.

Akan tetapi, mantan Perdana Menteri Junichiro Koizumi yang pernah menempati rumah dinas itu mengaku bahwa dia tidak pernah berjumpa hantu."Saya tidak pernah bertemu hantu, meskipun saya ingin melihatnya," ujarnya kepada wartawan.

Keputusan PM Shinzo Abe yang tidak mau menempati rumah dinas itu tak pelak menjadi isu politik. Bahkan, kubu oposisi di parlemen secara resmi telah mengirimkan surat untuk mempertanyakan kisah hantu di tempat tersebut. "Ada rumor bahwa rumah dinas itu berhantu. Benarkah? Apakah PM Abe menolak pindah ke rumah dinas karena rumor itu?" tulis kubu oposisi.

Kubu oposisi mengatakan, keengganan Abe untuk pindah itu bisa memperlambat responsnya terhadap isu-isu darurat, termasuk kebijakan ekonomi, karena rumah dinas berada persis di samping kantor perdana menteri.

Atas berbagai permintaan agar PM menempati rumah dinasnya, kabinet Abe mengeluarkan pernyataan resmi pada Jumat yang mengatakan, "Kami tidak menyetujui apa pun yang diminta."

Sebagaimana diketahui, saat ini Pemerintah Jepang di bawah komando Perdana Menteri Shinzo Abe berupaya keras agar bisa keluar dari kelesuan ekonomi. Melalui kebijakan yang biasa disebut Abenomics, perdana menteri ini telah mengeluarkan tiga paket kebijakan ekonomi. Dua paket kebijakan yang dirilis terlebih dulu adalah mengalokasikan belanja pemerintah secara besar-besaran serta pelonggaran kebijakan moneter secara agresif.

Sementara itu, paket kebijakan yang terakhir adalah mendorong agar korporasi Jepang lebih aktif melakukan investasi. Sejauh ini, kebijakan tersebut direspons positif oleh pasar, yang selama ini menghadapi kesuraman ekonomi akibat deflasi.

Berbagai kebijakan tersebut membutuhkan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait, termasuk dengan bank sentral Jepang (Bank of Japan).

Pekan ini, bursa Tokyo terlihat bergairah, meskipun pada pertengahan pekan sempat melorot. Bergairahnya pasar terkait dengan mulai terlihatnya efek dari kebijakan ekonomi 'Abenomics'. Pada perdagangan akhir pekan ini, indeks di bursa Tokyo ditutup naik 0,89 persen, atau 128,47 poin pada 14.612,45. Sementara itu, indeks Nikkei sempat turun 3,37 persen, selanjutnya ditutup menguat.

Kembali ke rumah PM, rumah dinas tersebut memang memiliki catatan sejarah yang kelam.  Pada Mei 1932, para pemberontak yang terdiri dari pejabat angkatan laut Jepang berhasil membunuh Perdana Menteri Tsuyoshi Inukai. Setelah kejadian itu, para pemberontak menyerahkan diri ke polisi militer.

Kemudian pada 1936, sekitar 1.400 tentara pemberontak membunuh beberapa pemimpin politik dan menduduki jantung pemerintahan Tokyo termasuk rumah dinas tersebut selama empat hari.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com