Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dicaplok Bank Jepang, BTPN Harus Jeli Lihat Peluang

Kompas.com - 27/05/2013, 14:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Prospek bisnis sektor jasa keuangan di Indonesia terbilang cerah. Cerahnya bisnis ini mampu membuat pihak asing kepincut. Teranyar, Sumitomo Mitsui Banking Corp (SMBC) tengah berbicara lebih lanjut untuk mengakuisisi mayoritas saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) senilai 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 11,5 triliun.

Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, SMBC mengincar 40 persen saham BTPN milik Texas Pacific Group (TPG) Capital, private equity asal Amerika Serikat (AS) dengan dana kelolaan 55 miliar dollar AS.

Rencananya, penguasaan 40 persen saham BTPN oleh bank asal Jepang ini dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, SMBC membeli 1,41 miliar (24,26 persen) saham dengan nilai Rp 6.500 per sahamnya. Artinya, proses ini bakal menelan biaya sekitar Rp 9,2 triliun. Dari transaksi pertama ini, SMBC mulai menguasai BTPN dengan membeli 16,87 persen saham BTPN yang dikempit anak usaha TPG, TPG Nusantara Sari. Sementara sisanya, sebesar 7,39 persen dibeli dari pasar.

Tahap kedua, SMBC akan membeli 15,74 persen saham yang hingga saat ini belum jelas berapa nilai transaksinya karena masih menunggu persetujuan otoritas, termasuk Bank Indonesia. Tetapi, berdasarkan Analisis Saham dan Petunjuk Investasi Panin Sekuritas, jika mengacu pada harga akuisisi tahap pertama, maka nilai transaksi tahap kedua bisa mencapai Rp 5,9 triliun. Dengan demikian, total transaksi 40 persen saham BTPN diprediksi bisa mencapai Rp 15,1 triliun.

"Jika semua prosesnya selesai, BTPN harus bisa memanfaatkan nama besar SMBC," ujar Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities, kepada Kontan, akhir pekan lalu.

Menurut Reza, keinginan SMBC untuk mengakuisisi BTPN didasari oleh minat mereka untuk memperbesar distribusi pelayanan ke Indonesia. Nah, manajemen BTPN juga harus jeli melihat peluang jika kinerjanya ingin meroket.

Perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia cukup banyak. BTPN bisa menjual produknya ke karyawan perusahaan-perusahaan tersebut, khususnya untuk para pensiunan. Jadi, ini merupakan peluang besar bagi BTPN untuk memperluas pangsa pasarnya.

"Jadi, kinerja BTPN bisa lebih cemerlang, dengan catatan harus ada win win solution di antara mereka," pungkas Reza.

Gema Goeyardi, President and Founder Astronnaci International, memiliki pendapat senada. Menurutnya, akuisisi dari suatu perusahaan tentunya mempunyai maksud baik, di mana perusahaan yang diakuisi tersebut diharapkan dapat berkembang dan maju sehingga dapat memberikan expected return bagi pihak yang mengakuisisi.

Kondisi yang sama juga dialami oleh BTPN, di mana pihak yang mengakuisi yaitu SMBC yang merupakan salah satu bank internasional dengan tingkat kredibilitas dan keuangan yang tepercaya di wilayah Asia, terutama Jepang.

"Hal ini tentunya akan menjadi sangat prospektif untuk outlook BTPN ke depan," tukas Gema. (Dityasa H Forddanta/ Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com