Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turunkan Harga Daging, Pemerintah Akan Impor 45.000 Sapi

Kompas.com - 20/06/2013, 14:07 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah akan impor 45.000 sapi dalam dua bulan ke depan. Hal itu dilakukan untuk menekan harga daging sapi yang saat ini masih tinggi.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, pemerintah akan terus berkomitmen untuk menjaga pasokan pangan sehingga harga akan stabil di pasar.

"Memang yang perlu sangat kita perhatikan adalah daging sapi. Ini kita mau mendatangkan 15.000 sapi di Juni dan 30.000 sapi di Juli. Ini untuk stabilitas harga," kata Gita saat ditemui di kantor Bank Indonesia (BI) Jakarta, Kamis (20/6/2013).

Impor daging sapi ini akan dilakukan dari Australia dan Selandia Baru. Sebab kualitas daging sapi dari dua negara tersebut baik, dan harganya juga terjangkau.

Di sisi lain, pemerintah juga akan meminta bantuan Bulog yang juga sudah diperbolehkan untuk mengimpor daging sapi. "Kami sudah tentukan dan tinggal ketuk palu di Menteri Perekonomian. Mungkin 2.000-3.000 sapi bakalan akan diimpor bulan ini. Tapi yang sapi potong kita akan pelajari dulu," tambahnya.

Gita juga meminta pedagang untuk tidak melakukan penimbunan makanan, khususnya daging sapi. Pemerintah juga akan terus memantau pasar untuk mengetahui perkembangan harga pangan di lapangan.

Seperti diberitakan, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Sri Agustina mengatakan, harga daging sapi, khususnya di DKI Jakarta, masih di atas Rp 90.000 per kilogram. Pemerintah akan berusaha menstabilkan harga dengan mendatangkan daging sapi impor.

"Bila dilihat dari perkembangan harga, daging sapi masih mengalami kenaikan tertinggi di DKI Jakarta. Harganya masih Rp 94.000 per kilogram," kata Sri saat konferensi pers di kantornya di Jakarta, Rabu (19/6/2013).

Berdasarkan pantauan Kementerian Perdagangan di delapan pasar di delapan kota besar Indonesia per 16 Juni 2013, semuanya hampir mengalami tren serupa. Namun, masih ada yang stagnan dan ada yang mengalami penurunan.

Khusus di DKI Jakarta, harga daging sapi masih naik 4,44 persen menjadi Rp 94.000 dari Rp 90.000 per kilogram pada pekan sebelumnya. Sementara itu, harga daging sapi di Bandung masih stagnan di Rp 92.600 per kilogram.

Di Yogyakarta, harga daging sapi naik 0,35 persen dari Rp 94.000 menjadi Rp 94.333 per kilogram. Untuk Semarang dan Denpasar, harga daging sapi masing-masing masih stagnan di Rp 77.600 per kg dan Rp 65.000 per kg.

Begitu juga dengan harga daging sapi di Medan dan Makassar yang stabil di level Rp 84.500 per kg dan Rp 75.000 per kg. Adapun harga daging sapi di Surabaya mengalami penurunan 0,25 persen dari Rp 80.800 menjadi Rp 80.600 per kg.

"Memang harga daging sapi di beberapa daerah ini ada yang naik, makanya impor daging sapi ini akan diakselerasi," tambahnya. Di sisi lain, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan pihak pengimpor untuk tidak menimbun daging sapi agar harganya tidak dipermainkan, khususnya menjelang puasa dan Lebaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Whats New
Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Whats New
Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Whats New
Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Whats New
Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Whats New
Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Whats New
Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Whats New
Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

Whats New
Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Whats New
Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Whats New
Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Whats New
Kinerja 2023 'Kinclong', Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Kinerja 2023 "Kinclong", Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com