Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga BBM Naik, Ongkos Produksi Naik 1,2 Persen

Kompas.com - 22/06/2013, 16:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -
Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) juga akan berdampak pada dunia industri. Kenaikan harga BBM akan berdampak sebesar 1,2 persen dalam penambahan ongkos produksi.

"Sudah dihitung dampak kenaikan harga BBM terhadap industri yaitu ada penambahan biaya produksi sebesar 1,2 persen," ujar MS Hidayat saat ditemui seusai penyaluran BLSM di Kantor Pos cabang Tegal Alur, Jakarta, Sabtu (22/6/2013).

Menurutnya, dampak kenaikan harga BBM terhadap sektor industri tidak terlalu signifikan karena memang menggunakan BBM yang tidak bersubsidi.

"Pemerintah mau tidak mau harus menaikkan harga BBM untuk mengurangi subsidi, dengan pengurangan tersebut maka kita bisa saving Rp 90 triliun dan sehingga bisa menyelamatkan APBN kita," tuturnya.

Selain itu, lanjut Hidayat, pengurangan subsidi tersebut untuk pemerataan kesejahteraan kepada kelompok masyarakat yang lebih berhak karena selama ini subsidi BBM tidak tepat sasaran.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Ansari Bukhari optimistis bahwa target pertumbuhan industri pada tahun ini sebesar 6,5 persen dapat tercapai.

"Saya tetap optimis target pertumbuhan industri kita dapat tercapai," kata dia.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengoreksi target pertumbuhan industri 2013 dari sebesar 7,14 persen menjadi 6,5 persen karena berbagai faktor seperti suku bunga yang kurang kondusif dan nilai tukar rupiah yang melemah.

"Saya sih masih optimistis, tapi dengan beberapa menteri ekonomi lain kami sudah setuju menetapkan angka 6,5 persen," kata Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat di Jakarta, Rabu lalu.

Menperin mengungkapkan hal itu di sela rapat kerja Kemenperin dengan pemerintah daerah tahun 2013 yang bertema Hilirisasi Industri Dalam Rangka Mencapai Target Pertumbuhan Industri Nasional.

Menurutnya, koreksi tersebut didasarkan atas beberapa hal yakni adanya beberapa kendala menyangkut regulasi, tingkat efisiensi yang belum sesuai harapan, suku bunga yang kurang kondusif dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang melemah.

Terkait dengan turunnya target pertumbuhan industri, pihaknya saat ini terus melakukan koordinasi dengan beberapa menteri ekonomi untuk mengatasi kendala-kendala yang bisa menghambat pertumbuhan industri.

Dia menambahkan pihaknya saat ini tengah mendorong upaya hilirisasi mineral. Saat ini bidang agroindustri seperti kelapa sawit dan kakao sudah berhasil melakukan hilirisasi. Sementara untuk karet saat ini masih dalam proses.

"Yang sedang kami coba upayakan itu hilirisasi mineral," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

    Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

    Work Smart
    IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

    IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

    Whats New
    Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

    Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

    Whats New
    Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

    Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

    Whats New
    Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

    Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

    Whats New
    BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

    BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

    Whats New
    Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

    Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

    Whats New
    Kinerja Baik APBN pada Triwulan I-2024, Pendapatan Bea Cukai Sentuh Rp 69 Triliun

    Kinerja Baik APBN pada Triwulan I-2024, Pendapatan Bea Cukai Sentuh Rp 69 Triliun

    Whats New
    Hadirkan Fitur Menabung Otomatis, Bank Saqu Siapkan Hadiah 50 Motor Honda Scoopy 

    Hadirkan Fitur Menabung Otomatis, Bank Saqu Siapkan Hadiah 50 Motor Honda Scoopy 

    Whats New
    Bahan Pokok Hari Ini 30 April 2024: Harga Daging Ayam Naik, Cabai Merah Keriting Turun

    Bahan Pokok Hari Ini 30 April 2024: Harga Daging Ayam Naik, Cabai Merah Keriting Turun

    Whats New
    Minta Omnibus Law Dicabut, KSPI Sebut 50.000 Buruh Akan Kepung Istana

    Minta Omnibus Law Dicabut, KSPI Sebut 50.000 Buruh Akan Kepung Istana

    Whats New
    Laba Bersih BSI Naik 17 Persen Jadi Rp 1,71 Triliun pada Kuartal I-2024

    Laba Bersih BSI Naik 17 Persen Jadi Rp 1,71 Triliun pada Kuartal I-2024

    Whats New
    Pertumbuhan Upah Lambat, 29 Persen Pekerja AS Kesulitan Memenuhi Kebutuhan

    Pertumbuhan Upah Lambat, 29 Persen Pekerja AS Kesulitan Memenuhi Kebutuhan

    Whats New
    Strategi BNI di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga dan Inflasi

    Strategi BNI di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga dan Inflasi

    Whats New
    BPS Perkirakan Produksi Beras Surplus, Pengamat Pangan Minta Bulog Serap Gabah Petani

    BPS Perkirakan Produksi Beras Surplus, Pengamat Pangan Minta Bulog Serap Gabah Petani

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com