Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angkutan Umum Terancam Mati?

Kompas.com - 04/07/2013, 12:18 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menyatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bisa menyebabkan angkutan umum mati.

Salah satu alasan kemungkinan angkutan umum bisa mati, kata Djoko, adalah ketidakmungkinan operator angkutan umum bisa memberikan pelayanan prima, khususnya bila penumpang hanya mampu membayar Rp 2.000-Rp 3.000 per sekali jalan.

Di sisi lain, jika operator angkutan umum menaikkan harga maka tentu saja akan memberatkan masyarakat. Otomatis masyarakat akan memilih untuk menggunakan transportasi pribadi seperti sepeda motor yang kini juga semakin murah diperoleh.

Sementara transportasi publik cenderung ditinggalkan karena semakin tidak terurus dan memerlukan waktu untuk sampai di tempat tujuan beraktivitas.

"Usai kenaikan harga BBM bersubsidi, hal itu bisa menyebabkan angkutan umum di perkotaan mati. Seharusnya pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah bisa mengambil alih (take over) angkutan umum tersebut," kata Djoko kepada Kompas.com di Jakarta, Kamis (4/7/2013).

Djoko menilai keberpihakan pemerintah saat ini sedang dipertaruhkan, apakah akan mendukung industri otomotif yang saat ini terus menggelar mobil murah atau malah memberikan subsidi atau insentif bagi angkutan umum. Tentu industri otomotif ingin terus tumbuh dengan harapan masyarakat mau membeli mobil murahnya. Namun di sisi lain, mobil murah ini tentu saja akan menimbulkan kemacetan baru karena infrastruktur jalan di perkotaan juga hanya mengalami pertumbuhan tipis, bahkan cenderung stagnan.

"Seharusnya kepala daerah mau menata transportasi umumnya setelah ada kebijakan kenaikan harga BBM ini. Masyarakat tentu saja akan mengalami kesusahan karena harus mengeluarkan ongkos ganda untuk transportasi dalam beraktivitas," tambahnya.

Djoko melihat beberapa kota saat ini, seperti di kota Mamuju, ibukota provinsi Sulawesi Barat sudah tidak dilayani angkutan umum. Para pelajar di sana justru sudah terbiasa menggunakan sepeda motor ke sekolah, meski tanpa memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).

"Di kota lain, angkutan umum sedang menunggu waktu untuk punah. Subsidi merupakan hal lazim terjadi di negara maju. Mau tidak mau, angkutan umum harus mendapat subsidi. Tanpa subsidi, kita tidak akan mendapatkan suatu sistem angkutan umum yang baik," jelasnya.

Djoko mengutip pernyataan Enrico Penalosa, mantan walikota Bogota Kolombia. Sebuah negara yag maju bukanlah tempat dimana warga miskin bisa punya mobil. Melainkan ketika warga yang sudah kaya pun mau menggunakan transportasi umum untuk beraktivitas sehari-hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Whats New
Pasar Kripto 'Sideways', Simak Tips 'Trading' untuk Pemula

Pasar Kripto "Sideways", Simak Tips "Trading" untuk Pemula

Earn Smart
Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com