Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Terus Melemah, Fundamental Ekonomi Diuji

Kompas.com - 17/07/2013, 02:50 WIB
Zico Nurrashid Priharseno

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pelemahan rupiah yang tak kunjung teratasi dinilai merupakan dampak dari lemahnya fundamental ekonomi Indonesia. Periode pelemahan rupiah ini pun dinilai sebagai ujian bagi fundamental ekonomi.

"Inti utamanya adalah fundamental ekonomi kita sedang diuji. Jadi setelah kenaikan BBM, pelaksanaan program pembangunan dalam APBN serta perbaikan NPI (neraca perdagangan Indonesia) akan menentukan kenaikan rupiah," ujar ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Mirza Adityaswara, di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (16/7/2013).

Mirza berpendapat, saat ini ujian terutama ditujukan pada masalah ketergantungan impor, yang dituding sebagai penyebab menggelembungnya defisit NPI sepanjang 2012. Pemerintah diuji mendapatkan surplus perdagangan dengan menurunkan impor dan meningkatkan ekspor.

Menurut Mirza, langkah Bank Indonesia yang dua kali berturut-turut menaikkan suku bunga acuan (BI rate) merupakan langkah signifikan untuk mendukung kajian soal impor tersebut. Langkah Bank Indonesia tersebut, ujar dia, signifikan mendukung kajian dengan memperlambat pertumbuhan ekonomi yang selama ini bergantung pada impor.

"Selama ini kan pembangunan selalu dari impor. Sudah saatnya perekonomian harus dijaga di level yang seharusnya bertumpukan pada ekspor," tegas Mirza. Untuk mencapai hal-hal tersebut, salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah dengan terus masuknya investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) untuk barang modal.

Bila FDI membanjir dan itu adalah investasi untuk barang modal, Mirza berkeyakinan pertumbuhan ekonomi pun akan terdorong. "Dengan masuknya FDI, maka impor barang modal akan semakin berkurang dan mengurangi defisit dalam neraca berjalan," jelas Mirza.

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah dalam pekan ini masih terus melemah dan menembus level psikologis Rp 10.000 per dollar AS. Pada perdagangan Senin (15/7/2013), kurs rupiah ditutup pada level Rp 10.024 per dollar AS. Pada perdagangan Selasa (16/7/2013), rupiah terus terperosok dan ditutup pada level Rp 10.036 per dollar AS.

Pelemahan rupiah ini semula diduga karena dampak perekonomian global dan tak terlepas dari kemungkinan dihentikannya stimulus Bank Sentral Amerika (The Fed). Namun, ketika Gubernur The Fed menyatakan bahwa stimulus masih diperlukan untuk ekonomi Amerika dan mata uang utama dan Asia cenderung menguat terhadap dollar AS, rupiah justru masih terus terpuruk. Tak peduli intervensi Bank Indonesia sudah menggerus cadangan devisa lebih dari 7 miliar dollar AS sepanjang 2013.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com